Memasuki dunia yang serba modern, teknologi merupakan salah satu camilan yang sering dikonsumsi masyarakat. Bukan hanya saja merambah pada usia dewasa, teknologi juga mulai menjamah anak anak mulai dari berbagai usia. Sudah menjadi hal lazim tentunya jika kita sering melihat anak kecil bermain gadget.
Atau justru adik atau anak kita di rumah juga bertindak demikian? Banyak orangtua yang mengalihkan perhatian anak dengan cara menyodorkan gawai pada mereka.Â
Seolah mengindahkan efek seperti apa yang meyerang anak, orangtua terus saja memberikan mereka gadget saat dirasa anak mulai "merepotkan orangtua". Contoh kecil saat ibu sedang memasak, atau kita sebagai kakak dihebohkan dengan suara adik yang merengek, pasti gadget akan menjadi andalan utama supaya mereka tidak lagi mengganggu aktivitas kita.
Lalu dengan hadirnya teknologi di tengah tengah masyarakat, bagaimana kita menerapkan pola asuh supaya mereka dapat terkontrol dengan baik?
Jika berbicara mengenai pola asuh, tentu kita bisa melihat diri kita sendiri sebagai cerminan.Â
Dulu pada saat kecil bagaimana kita diasuh oleh orang tua? bagaimana kita dulu diberi pendidikan oleh orang tua? menjadi orang tua terlebih di dunia modern seperti ini tidak bisa dibandingkan dengan orang tua jaman dulu. Karakter anak jaman dulu dengan jaman sekarang juga sangat berbeda. Terlebih anak jaman sekarang bisa saja mendapat pengaruh dari berbagai pihak dan sumber.
Tidak jarang karena teknologi banyak kasus kasus kriminal atau tindakan positif terdengar. Jika dilihat dari sudut negatif banyak kasus kasus penculikan anak, pemerkosaan, perampokan, atau bahkan anak kabur dari rumah.Â
Namun jika dilihat dari sudut pandang positif banyak juga yang dihasilkan dari majunya teknologi seperti anak semakin ahli dalam teknologi. Bentukan anak nantinya seperti apa dalam memanfaatkan teknologi tidak jauh dari didikan orang tua kepadanya. Mari kita urai satu persatu tentang bagaimana pola asuh orang tua menurut para ahli.
1. yang pertama adalah pola asuh otoriter. Di masa yang serba canggih ini pola asuh otoriter terkadang perlu digunakan. Walaupun terkadang banyak yang mengatakan bahwa otoriter membawa dampak yang buruk pada anak, namun sebagai orang tua kita harus jeli dalam mengamati anak. Kita juga harus mempertimbangkan bagaimana dampak yang akan terjadi saat anak diberi pengasuhan otoriter.Â
Apakah dampaknya mengarah ke negatif atau positif, karena karakter anak tidaklah sama. Pola asuh otoriter ini memiliki pengertian mengatur, mengekang, bahkan sangat menentukan apa yang harus dilakukan anak. Menerapkan pola asuh ini juga diperlukan saat anak benar benar berwatak keras dan sulit diatur. jika diterapkan pola asuh yang agak membebaskan ditakutkan akan berdampak lebih buruk.
2 . yang kedua adalah pola asuh demokratis. Pola asuh ini bisa orang tua terapkan apabila karakter anak adalah jiwa yang tidak memberontak dan mudah diatur. Pola demokratis ini diperlukan banyak interaksi antara orangtua dan anak, sehingga semua yang berkaitan dengan anak harus dibicarakan.Â
Kebanyakan orang tua menerapkan pola asuh demokratis ini karena dampak yang muncul mengarah ke dampak positif. Namun orang tua juga harus hati hati dalam menerapkan pola asuh ini, karena jika kecolongan sedikit saja, maka bisa mengarah ke pergaulan dan hal hal yang negatif.