Enam mahasiswa yang tergabung dalam satu kelompok program kampus berhasil mencuri perhatian warga RT 11, Desa Mejasem Barat. Melalui kegiatan sosial bertajuk “Bhakti Konseling”, mereka berbagi karya edukatif tentang fenomena sugar daddy atau gadun, yang belakangan marak di kalangan remaja dan mahasiswa. Dalam kegiatan tersebut, para mahasiswa tak hanya datang untuk berbicara, tetapi juga menyerahkan hasil karya kreatif mereka kepada masyarakat. Karya itu meliputi poster edukatif, buku saku, infografis, cerpen reflektif, serta video preventif yang berfokus pada dampak negatif dan risiko perilaku mencari sugar daddy.
Salah satu perwakilan kelompok menjelaskan bahwa ide ini berangkat dari keprihatinan terhadap tren gaya hidup instan di media sosial.
“Kami melihat banyak remaja yang mulai menormalisasi hubungan transaksional dengan alasan ekonomi. Lewat karya ini, kami ingin mengingatkan bahwa ada cara lain untuk mandiri tanpa mengorbankan harga diri,” ujarnya.
Kegiatan Bhakti Konseling ini dikemas secara interaktif. Masyarakat diajak berdiskusi santai, menonton video edukatif, serta membaca buku saku yang berisi tips membangun kepercayaan diri dan kemandirian finansial tanpa harus bergantung pada hubungan berisiko.
Warga yang hadir menyambut positif kegiatan ini. Banyak dari mereka mengaku baru memahami sisi bahaya dari fenomena tersebut setelah mendapatkan penjelasan langsung.
“Anak-anak muda sekarang memang perlu diarahkan. Kegiatan seperti ini sangat membantu,” tutur salah satu warga setempat.
Melalui kegiatan Bhakti Konseling, kelompok mahasiswa ini berharap bisa menumbuhkan kesadaran baru di masyarakat, bahwa pendidikan dan nilai diri jauh lebih berharga daripada uang yang datang dari jalan pintas.
Penulis : Bimo, Lulu, Najmi, Nurul, Tsania, Zahra.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI