Di masa itu, sesungguhnya ada sosok wanita yang memimpin tidak kalah hebatnya. Dia adalah Ratu Sima dari kerajaan Holing, yang dinobatkan menjadi Ratu pada tahun 674 M. Oleh sejarawan, Ratu Sima dianggap sebagai cikal bakal berdirinya dinasti Sailendra, yang menguasainya Nusantara hingga sebagian wilayah Indocina.Â
Pemerintahan Ratu Sima yang terkenal sangat keras akan tetapi adil. Hal ini sebagaimana yang digambarkan dalam sebuah kronik Cina bahwa Barang-barang yang terjatuh di jalan tidak ada yang berani menyentuhnya.Â
Dikisahkan, bahwa pada waktu raja orang-orang Ta-shih mendengar berita semacam itu, ia mengirim pundi-pundi berisi emas untuk diletakkan di jalan di negeri ratu Hsi-mo. Setiap orang yang melewatinya menyingkir; sampai tiga tahun pundi-pundi itu tidak ada yang menyentuhnya.Â
Pada suatu hari putra mahkota yang lewat di situ tanpa sengaja telah menginjaknya. Ratu sangat marah, dan akan memerintahkan hukuman mati terhadap putra mahkota.Â
Para menteri mohon pengampunan baginya. Akan tetapi, ratu mengatakan bahwa karena yang bersalah adalah kakinya, kaki itu harus dipotong. Sekali lagi para menteri mohon pengampunan; akhirnya ratu memerintahkan agar jari-jari kaki putra mahkota itu yang dipotong, sebagai peringatan bagi penduduk seluruh kerajaan. Mendengar hal itu raja Ta-shih takut dan mengurungkan niatnya untuk menyerang kerajaan ratu Hsi-mo.
Demikianlah, Riwayat ini rasanya lebih menggambarkan Ratu Sima sebagai sosok Chakravartin sekaligus Bodhisattva yang dimaksudkan Buddha Sakyamuni dalam ramalannya.
Tapi bagaimana dengan ramalan bahwa sosok Chakravartin sekaligus Bodhisattva itu akan terlahir di Negeri Cina? Jawaban hal ini akan saya bahas pada tulisan berikutnya. Akan saya ungkap beberapa bukti jika Ratu Sima memang sesungguhnya berasal atau terlahir di Negeri Cina.
Demikian ulasan ini, semoga bermanfaat. Salam
Bagi yang berminat membaca tulisan saya lainnya, bisa melihatnya di sini: kompasiana.com/fadlyandipa
Fadly Bahari, Pare-Kediri, 25 Januari 2020