Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jejak Pedagang Nusantara di Asia Tengah pada Masa Kuno

7 Maret 2019   06:49 Diperbarui: 14 Maret 2019   17:09 1004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: strategic-culture.org)

Barter atau saling bertukar barang adalah sistem perdagangan di zaman kuno. Tapi tahukah anda dari mana kata "tukar" itu berasal? - Ada kemungkinan bahwa kata "tukar" berasal dari kata "tuccar", yakni sebutan "pedagang" dalam bahasa orang Turks, merujuk pada nama bangsa Tocharia yang berdagang dengan mereka dalam kurun waktu yang sangat lama.

Di dalam bahasa Banjar, memang terdapat kata "tukar" dengan arti "beli". Tapi apakah ini bisa menjadi jawaban untuk pertanyaan di atas? - saya pikir tidak. Itu karena makna kata "tukar" dalam bahasa Banjar lebih bersifat sinonim dengan kata "beli", dan tidak cukup mengandung unsur Linguistik historis (Historical Linguistics atau Diachronic Linguistics), yang dalam britannica.com didefinisikan sebagai cabang linguistik yang berkaitan dengan studi perubahan fonologis, gramatikal, dan semantik, rekonstruksi tahap-tahap awal bahasa, penemuan serta penerapan metode-metode di mana hubungan genetik antar bahasa dapat diperlihatkan.

Untuk mendapatkan jawaban atas asal usul kata "tukar" yang bisa dianggap memiliki unsur Linguistik historis, saya ingin mengajak pembaca untuk mencermati suatu informasi dari Mario Mosetto dalam bukunya "Origins of European Peoples: Part One: Ancient History", pada Chapter 16 "Turks and Indo-Europeans", yang mengatakan bahwa: "The Turkish calls the merchant Tuccar and the trade ticaret and commercial (adjective) sounds like ticari: these are clearly the Tocharians (Tuxari before), who traded for a long time with the Turks." (Orang Turki menyebut pedagang dengan sebutan "Tuccar", "ticaret" untuk perdagangan, dan komersial (kata sifat) terdengar seperti "ticari": ini jelas-jelas [merujuk pada] Tocharians (Tuxari sebelumnya), [yaitu bangsa] yang berdagang dengan orang Turki dalam waktu yang lama.

Demikianlah, Dari keberadaan informasi yang disampaikan Mario Mosetto di atas, yang kemudian jika disandingkan dengan ulasan Frances Wood (2002) dalam bukunya "Jalur Sutra Dua Ribu Tahun di Jantung Asia" tentang orang Tocharia dan Sogdia sebagai pelaku utama perdagangan di jantung asia (Asia Tengah) dalam kurun waktu ratusan bahkan mungkin ribuan tahun, kita dapat membangun sebuah pemahaman bahwa bisa jadi kata "tukar" berasal dari kata "tuccar" yang merupakan sebutan orang Turki untuk "pedagang" yang merujuk pada Tocharia yang terkenal sebagai bangsa pedagang pada zaman kuno di Asia Tengah.

Adapun sebab mengapa hingga kemudian kata tersebut dapat kita temukan digunakan di wilayah Nusantara pada masa sekarang ini, dapat kita asumsikan merupakan hasil serapan pedagang Nusantara yang eksis melakukan perdagangan di wilayah Asia Tengah pada masa kuno.

Pada tulisan sebelumnya (Genetik Aksara Nusantara, Formula Kunci Mengurai Sejarah) telah saya bahas mengenai adanya jejak orang-orang Bugis di wilayah Asia tengah, dengan merujuk pada fakta adanya sebutan yang identik dengan kata "bugis" dalam bahasa Uzbek, yaitu "bo'g'iz" yang artinya: teluk. Fakta ini dikuatkan dengan keberadaan kata "Look" (sound: luwuk) dalam bahasa Filipina yang juga berarti "teluk".

Adalah sudah menjadi konsensus umum di mayoritas sejarawan di Sulawesi Selatan bahwa Luwu merupakan induk dari semua etnis yang ada di Sulawesi Selatan. Adanya etimologi "Luwu" dan "Bugis" yang sama-sama berarti "teluk" menunjukkan jika keduanya tidak ada bedanya. Dan, bahwa kata "bo'g'iz" dalam bahasa Uzbek tentulah berasal dari orang-orang dari pulau Sulawesi. (Pembahasan secara rinci mengenai keterkaitan Luwu dan Bugis ini dapat dibaca di tulisan "Fakta Migrasi di Masa Kuno, dari Nusantara ke Dunia Barat")

Untuk mendapatkan gambaran sejauh mana eksistensi pedagang-pedagang dari Nusantara pada masa kuno di wilayah Asia Tengah, ada baiknya saya mengajak pembaca untuk mencermati beberapa informasi berikut ini...

Dalam buku "Kebangkitan dan Kejayaan Sriwijaya Abad III-VII" O.W. Wolters mengungkap bahwa perdagangan lintas benua melalui pelayaran laut umumnya diakomodasi oleh kapal-kapal dari Nusantara yang disebut "kapal Po-ssu" dan kadang juga disebut "kun lun po" dalam kronik Cina. 

Dalam buku tersebut, O.W. Wolters juga membahas adanya polemik perbedaan pendapat yang berlangsung diantara para ahli terkait identifikasi kata "Po-ssu". Seperti misalnya Bretschneider (1871), yang nampaknya sangat yakin dengan pendapatnya bahwa Po-ssu adalah Persia, sementara itu Philips (1869) berpendapat lain dengan menganggap bahwa Po-ssu merupakan transkripsi nama suatu tempat di Asia Tenggara.

Atas polemik para ahli terkait identifikasi kata Po-ssu, setelah mencermati sebagian besar data literatur yang tersedia, yang bisa dikatakan bagian dari pada referensi yang tidak sepenuhnya terakses oleh para ahli pendahulu, akibat terbit beberapa puluh tahun kemudian sebagai suatu bentuk temuan terbaru,  saya cukup yakin bahwa yang dimaksud Po-ssu dalam kronik Cina adalah transkripsi untuk "Bajou" atau "Baju", yang dengan demikian kapal Po-ssu dapat dipastikan berasal dari Nusantara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun