Dalam filantropi Islam, memberi atau "giving" memiliki makna yang sangat penting dan beragam. Berikut adalah beberapa makna dari memberi dalam konteks filantropi Islam:
*Kewajiban Agama*: Salah satu konsep utama dalam Islam adalah zakat, yang merupakan kewajiban memberi sebagian dari harta kepada yang membutuhkan. Zakat bukanlah hanya sekadar amal, tetapi merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang wajib dipenuhi oleh setiap Muslim yang mampu.
 *Sadaqah*: Sadaqah merupakan tindakan memberi secara sukarela sebagai bentuk amal yang dianjurkan dalam Islam. Sadaqah bisa berupa memberi makan orang yang lapar, membantu orang miskin, atau memberi sumbangan untuk kepentingan umum. Tindakan ini dianggap sebagai salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan pahala
 *Infaq*: Infaq adalah memberi harta secara sukarela untuk kepentingan umum atau membantu individu yang membutuhkan. Infaq juga termasuk dalam konsep memberi dalam Islam dan sering kali dianjurkan sebagai cara untuk menolong sesama manusia.
 *Sembunyi dan Terbuka*: Dalam Islam, memberi dapat dilakukan secara terbuka atau secara sembunyi. Meskipun memberi secara terbuka bisa memberikan inspirasi kepada orang lain dan memotivasi mereka untuk melakukan kebaikan, memberi secara sembunyi dianggap lebih mulia karena memberi tanpa memperoleh pujian atau penghargaan dari orang lain, sehingga tindakan tersebut murni dilakukan hanya karena Allah.
 *Tujuan Sosial*: Filantropi dalam Islam bukan hanya tentang memberi uang atau harta, tetapi juga tentang memberikan dukungan sosial kepada mereka yang membutuhkan. Ini bisa mencakup memberi bantuan dalam bentuk makanan, pakaian, perawatan kesehatan, atau pendidikan kepada yang membutuhkan.
Secara keseluruhan, memberi dalam filantropi Islam bukan hanya tentang memberikan sumbangan materi, tetapi juga tentang memperluas kasih sayang dan kebaikan kepada sesama manusia. Itu dianggap sebagai bagian penting dari ibadah dan menjalankan ajaran agama Islam secara menyeluruh.
Diera Globalisasi saat ini banyak masyarakat yang menggunakan media sosial sebagai tempat untuk mengespresikan diri, baik itu kalangan remaja, orang dewasa maupun anak-anak. Tidak hanya itu sekarang banyak yang menggunakan media sosial sebagai ajang cari cuan, apalagi dikalangan artis, youtuber, conten creator dan sebagainnya. Banyak artis yang telah dikenal karena kedermawanannya dan kontribusinya dalam berbagai kegiatan amal. Namun, baru-baru ini, kisah kebaikan dan pengabdian kalangan artis telah diubah menjadi konten yang kontroversial oleh sejumlah media daring.
Dalam sebuah artikel baru-baru ini, media daring tertentu mencoba menyoroti kebaikan kalangan publik figur dalam memberikan sumbangan kepada yayasan amal. Namun, sayangnya, fokus artikel tersebut berubah menjadi sensasionalisme daripada mengapresiasi aksi baik sang artis.
Reaksi dari penggemar pun beragam, dengan beberapa mengkritik media atas manipulasi cerita tersebut, sementara yang lain merasa kecewa karena konten yang seharusnya menginspirasi diubah menjadi bahan sensasional. Beberapa juga menyoroti pentingnya menjaga integritas dan nilai-nilai yang diperjuangkan oleh kalangan publik figur tersebut.
Sementara mereka sendiri belum memberikan pernyataan resmi terkait kontroversi ini, banyak yang berharap bahwa media dan masyarakat akan lebih memperhatikan cara cerita-cerita positif dipresentasikan, serta menghormati niat baik dari individu yang melakukan kebaikan tersebut.Kontroversi ini menyoroti pentingnya menjaga integritas dalam memberikan pemberitaan dan memahami dampak dari cara cerita-cerita kebaikan dipresentasikan dalam media daring. Hal ini juga menjadi pengingat bahwa kebaikan seharusnya tidak dimanipulasi atau disalahgunakan untuk kepentingan sensasionalisme.