Mohon tunggu...
Fadhilah Putri Sahda
Fadhilah Putri Sahda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Diponegoro

Hallo welcome to my channel

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Awareness of Food Waste and Food Loss

9 September 2022   10:30 Diperbarui: 9 September 2022   10:50 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: istockphoto 

Food waste ini lebih banyak membawa malapetaka daripada kemujuran di dalam kehidupan terutama di Indonesia sendiri karena dilihat dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di Indonesia akibat food waste atau food loss. Selain itu, banyak dampak negatif yang merugikan berbagai segi baik lingkungan, ekonomi, dan sosial. Namun, kembali lagi kepada individunya sendiri apakah ia mau belajar mengenai pengolahan sampah food waste atau food loss ini dengan baik dan benar atau sebaliknya, mengingat masih ada dampak positifnya yang dapat dimanfaatkan dengan baik.

Contoh yang nyata atau sedang trend saat ini dapat dilihat banyak masyarakat mengikuti trend makan natto. Natto merupakan makanan tradisional Jepang yang terbuat dari biji kedelai yang difermentasi dengan Bacillus subtilis. Masyarakat disini memiliki respon yang berbeda-beda mengenai makan natto, ada yang suka dan sebaliknya bahkan sampai memuntahkannya. Masyarakat menjadikan trend ini sebagai konten hiburan semata, tetapi justru trend ini cukup mengecewakan karena menimbulkan food waste. Mereka tidak melihat dampak apa yang akan terjadi, yang tidak suka dengan natto akan membuangnya cuma-cuma. Hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh influencer yang dimana tugasnya untuk memberikan informasi atau edukasi yang menarik serta mendidik dalam penggunaan media sosial. Seharusnya kita dapat bersikap bijak dan dapat membedakan yang baik dan tidak. Jika sekiranya hal tersebut hanya untuk ikut-ikutan saja tanpa tahu bagaimana cara makan natto dengan benar atau sudah tahu banyak yang tidak suka, sebaiknya tidak perlu ikut hanya karena konten yang akhirnya menimbulkan food waste. 

Padahal di sisi lain, TPA sampah kota masih dipilah secara manual oleh pemulung kemudian ditimbun dengan "sanitary landfill". Sanitary landfill adalah metode yang dilakukan dengan cara membuang atau menumpuk sampah di lokasi cekung, kemudian memadatkannya, lalu menimbunnya dengan tanah.

Seiring berkembangnya zaman, pemerintah ingin             mengelola sampah terpadu dengan proses pengolahan modern yang sudah diwacanakan, tetapi belum dilaksanakan. Dengan Peraturan Presiden RI Nomor 35 Tahun 2018 tentang "Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan" telah diwacanakan untuk membangun PLTSa di 12 kota besar di Indonesia, yaitu; DKI Jakarta, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kota Bekasi, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Surabaya, Kota Makassar, Kota Denpasar, Kota Palembang dan Kota Manado.

Dalam diskusi ini ada yang mengatakan parameter keberhasilannya yaitu sebesar 20% karena masih mengurus perjanjian dengan mitra proyek (Finlandia), izin mengurus AMDAL, dan proses serah terima lahan yang masih sengketa.

Pendapat lain mengenai parameter keberhasilannya kurang lebih 60% karena kebanyakkan TPA di Indonesia masih menggunakan sanitary landfill. Menurut Kepala UPT TPA Jatibarang, tidak semua TPA menggunakan sanitary landfill dikarenakan keterbatasan SDM, sedangkan jika pengelolaan menggunakan metode ini membutuhkan SDM yang banyak. Maka dari itu, perlu adanya metode modern yang sudah diwacanakan pemerintah yaitu pembuatan PLTSa atau PSEL (Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik), di mana gas metana pada TPA disalurkan ke alat untuk mengolah gas metana jadi listrik. Cara kerja dari PLTSa atau PSEL ini yaitu dengan memanfaatkan gas metana yang berasal dari landfill sebagai bahan bakar generator yang menghasilkan listrik. Kemudian yang perlu dievaluasi yaitu gas metana akan habis dalam tumpukan sampah sehingga produktivitas pembangkit listrik akan berkurang, maka hal tersebut akan terbengkalai.

Dalam hal ini ternyata food waste dan food loss dapat dicegah dan dikurangi penggunaannya dengan cara:

1. Perencanaan yang rinci dan matang pada penyimpanan bahan makanan dan proses persiapan produksi dan distribusi.

2. Persiapan dan perencanaan pengolahan makanan (meal preparation) yang efisien dan rinci.

3. Makanan yang masih layak dikonsumsi tetapi tidak termakan harus "dire-distribusikan".

4. Di tingkat rumah tangga, sisa makanan bisa dibagikan ke tetangga dan kerabat. Di tingkat industri dan usaha pangan, makanan yang berpotensi menjadi food waste dapat diserahkan ke "bank makanan" atau didistribusikan kepada institusi yang membutuhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun