Mohon tunggu...
Muhammad FachrulHudallah
Muhammad FachrulHudallah Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

"Jika Aku bukan anak Raja, Penguasa, Bangsawan, dan dari kalangan Priyayi, Aku hanya dapat mengenalkan diriku melalui gagasan karyaku"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ku Sangka Tiga, Ternyata Satu

3 Februari 2020   22:14 Diperbarui: 3 Februari 2020   22:27 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Muhammad Fachrul Hudallah

"Seorang pion maju, tidak akan mundur walaupun perlahan ataupun cepat. Majulah walaupun itu pahit dan jangan mundur walau banyak hal yang mengancam. Pilihannya, maju sama-sama atau mati sama-sama."

 Manusia hidup di dunia, tidak mungkin sendirian tanpa membutuhkan orang lain di sekitarnya. Manusia disebut zoon politicon atau bisa disebut dengan makhluk sosial yaitu seseorang yang membutuhkan orang lain disetiap perbuatannya. 

Rasanya tidak mungkin semua orang terkenal, oleh sebab itu perlu diadakannya kompetisi agar menunjang eksistensi pribadi secara personal atau kelompok.

 Di salah satu universitas yang terkenal di Semarang, sebutlah Universitas Wahid Hasyim Semarang namanya. UKM bahasa dan kopisibro mengadakan kompetisi di tingkat universitas, diantaranya debat bahasa Indonesia dan Inggris, pidato bahasa Indonesia dan Inggis, dan lain sebagainya. Untuk adanya yang berpartisipasi didalam acara itu, disebarkanlah pamflet berwarna biru dengan hiasan yang menarik agar terdapat peserta yang mendaftar kegiatan lomba tahunan tersebut.

Angin belum kencang dan badai belum pula datang, terdapat seseorang yang bernama Fahri tergoda dengan pamflet yang disebar dengan mengajak kedua temanya yang bernama Dian dan Ulul. Fahri menggoda keduanya dengan menggunakan bahasa olah-olah tetapi dengan kalimat motivasi agar mengikuti perlombaan. 

Fahri berkata kepada Ulul, "Lul, ikut lomba yuk. Kamu nggak usah trauma. Yang lalu, biarlah berlalu dan yang kini, kita jalani bersama." 

Ulul ragu-ragu untuk menjawab karena sudah dua kali gagal lomba di tingkat universitas, seakan-akan tidak bergairah untuk mengikuti lomba lagi. Sedangkan Dian, dibujuklah Fahri dengan rayuan palsu lewat telfon agar dia tertarik mengikuti lomba tahunan itu.

 Lama memang sampai membutuhkan beberapa hari untuk mereka memikirkan, menimbang, dan akhirnya memutuskan bahwa ikut lomba. Fahri, seseorang yang mempunyai trauma lomba kalah selama satu kali, masih semangat untuk mengikuti lomba yang diadakan oleh universitas. 

Dengan niat baiknya ingin memajukan fakultas agar namanya terkenal, dia membuat grup dengan kedua orang itu bernama "Koyak Jos". Grup itu merupakan wadah untuk menemukan hipotesa setiap pembahasan walaupun tidak ada kemutuan diantara ketiga orang itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun