Mohon tunggu...
Ezza Mudzillah
Ezza Mudzillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Penikmat drama Korea, hingga berkeinginan kerja di TVN

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Semakin Banyak yang Nonton, Semakin Banyak Pengemis Online yang Bermunculan

20 Januari 2023   00:15 Diperbarui: 20 Januari 2023   00:17 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berawal dari menonton salah satu video animasi lucu di kanal YouTube Tekotok berjudul "Live Guyur Emak", saya jadi tertarik untuk membahas hal tersebut.

Konten tersebut merupakan sindiran terhadap akun tiktok yang selalu mengunggah lebih dari 30 video mandi lumpur dengan pemeran yang berbeda-beda, dan para pemeran tersebut adalah lansia. Konten mandi lumpur mereka lakukan demi mendapatkan gift dari penonton live tiktok. Dilansir dari Kompas.com, beberapa orang yang tampil secara live itu memiliki hubungan keluarga dengan pemilik akun.

Warganet menyebut tren live video demi  mendapatkan gift disebut "pengemis online". Sejak awal munculnya tren meminta gift di Tiktok, saya telah menganggap hal tersebut sebagai tindakan "mengemis", karena kerap kali ditemukan akun yang melakukan live TikTok dengan caption "tolong kasih saya gift". Pengguna TikTok menjadikan gift dan reward tersebut sebagai motivasi untuk melakukan TikTok Live.

 Terdapat beraneka macam tren mengemis online, ada yang meminta gift tanpa melakukan apapun sampai yang merugikan diri sendiri, dengan memberikan keterangan challenge di layar TikTok untuk diri sendiri, yang mana tingkatan challenge tersebut sesuai dengan jumlah donasi gift. Challenge mereka terkadang bisa dikatakan menyiksa dan melukai diri mereka sendiri bahkan orang lain, misalnya seperti mandi lumpur berjam-jam, seorang ibu live TikTok dengan challenge memukul anak, berendam di sungai berjam-jam, menampar muka, dsb.

Padahal di TikTok, termaktub aturan dalam Panduan Komunitas yang salah satunya berisi larangan untuk berbagi konten berisi permainan, tantangan, pakta, atau hoaks tentang mencederai diri sendiri. Salah satu penyebab fenomena mengemis ini adalah perkembangan teknologi yang pesat dan sumber daya manusia yang belum siap menerima perubahan. Sumber daya manusia (SDM) atau masyarakat di Indonesia yang tidak bisa mengimbangi atau tidak siap menerima perkembangan teknologi yang sangat pesat di zaman sekarang ini, salah satu contohnya adalah penggunaan smartphone. Minimnya literasi digital dan edukasi masyarakat terhadap kemajuan teknologi.

Para penonton live Tiktok dan pemberi gift pun menjadi salah satu faktor yang membuat tren mengemis online semakin merajalela. Sehingga para pemeran live "mengemis online" akan terus termotivasi untuk melakukan challenge di live Tiktok.

Melansir Katadata.com, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kominfo Usman Kansong mengatakan konten tersebut belum termasuk konten yang dilarang atau konten negatif yang diatur dalam pasal 40 ayat 2a Undang-undang Informasi Transaksi Elektronik alias UU ITE, seperti Pornografi/Pornografi Anak, Perjudian, Pemerasan, Penipuan, Kekerasan/Kekerasan Anak. Meskipun tren mengemis online belum termasuk konten yang dilarang, namun konten tersebut telah menyebabkan terkikisnya moral dan empati masyarakat, senang diatas penderitaan orang lain.

Masih banyak para konten kreator yang menyajikan konten-konten positif, kreatif dan edukatif dengan rela merogoh kocek demi menghasilkan konten yang baik, tetapi jumlah viewer dan gift tak sebanding dengan jumlah nominal uang yang dikeluarkan. Berbanding terbalik dengan konten dari para "pengemis online", apa yang mereka tawarkan selain penyiksaan, keprihatinan, dan hiburan untuk beberapa orang yang gembira melihat nenek-nenek menderita?

- Opini oleh Ezza Mudzillah, Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Islam 45 Bekasi -

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun