Kediri -- Program Kerja KKN PSDKU Universitas Brawijaya Kediri dari sektor peternakan dan pertanian dengan melakukan penyuluhan dan praktik pembuatan secara langsung mengenai Pupuk Organik Cair (POC) menggunakan tiga bahan yang berbeda sebagai bahan utamanya, yaitu limbah kotoran hewan, urine serta limbah sisa pertanian di Desa Bringin, Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri. Program kerja dilakukan dengan dasar potensi yang ada di Desa Bringin karena mayoritas warganya berprofesi sebagai peternak kambing, sapi, dan ayam, serta letaknya yang berdekatan dengan pasar induk sehingga memudahkan pengadaan bahan baku dan pemasaran produk. Kegiatan ini bertujuan mengubah limbah ternak dan sisa sayuran menjadi produk dengan nilai tambah, sekaligus memperkenalkan teknologi sederhana yang dapat diadopsi langsung oleh masyarakat yang dilakukan pada hari Kamis, 24 Juli 2025 yang dihadiri oleh 5 perangkat desa, 20 anggota Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) di Desa Bringin, 4 ketua Kelompok Tani (POKTAN) yang ada di Desa Bringin serta Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) Kecamatan Badas.
Program kerja ini dilakukan dengan dua metode utama yaitu presentasi dan praktik langsung di lapangan. Sesi presentasi dibagi menjadi dua bagian, sesi pertama yaitu pemaparan materi mengenai Pupuk Organik Cair (POC) disampaikan oleh Cindy Auvril Lysa dan Cintya Rafira Putri, mahasiswa dari Program Studi Peternakan. Selanjutnya, sesi kedua diisi oleh Vebiana Ratna Sari dari Program Studi Agribisnis bersama Ryvael Prayoga Dimas Santoso dari Program Studi Agroekoteknologi, yang memaparkan tentang teknik pengaplikasian POC pada media semai. Untuk mengukur pemahaman peserta, khususnya kelompok tani, kegiatan diawali dengan pre-test tertulis sebelum masuk ke materi inti. Setelah sesi pemaparan dan praktik berlangsung, kegiatan ditutup dengan post-test setelah sesi tanya jawab yang interaktif. Kombinasi metode ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang utuh sekaligus pengalaman langsung kepada peserta dalam mengolah dan memanfaatkan POC secara optimal.
Proses pembuatan POC dilakukan dengan memanfaatkan tiga sumber limbah utama, yaitu kotoran hewan (kambing), urin kambing dan sisa sayur-sayuran, kemudian dicampurkan dengan air cucian beras sebagai pelarut sekaligus penumbuhan Jamur Kedamaian Abadi (JAKABA). Air cucian beras dipilih karena mudah didapat di dapur rumah tangga dan kaya akan nutrien serta mikroba fermentatif. Campuran bahan difermentasi selama 14 hari dalam galon bekas dan disambungkan pada botol bekas yang berisi air bersih, dengan melubangi bagian tutup yang disambungkan menggunakan selang untuk saluran pertukaran gas amonia selama proses fermentasi berlangsung. Bau khas yang muncul menjadi indikator kematangan POC saat bau sudah tidak menyengat tetapi harum asam, saat proses fermentasi berlangsung, bau pada cairan fermentasi di galon bekas akan sangat menyengat sedangkan pada botol kecil berisi air bersih tidak ada bau menyengat, ketika POC siap dipanen bau pada galon bekas akan menjadi harum seperti tape fermentasi sedangkan pada botol berisi air bersih akan berbau menyengat, setelahnya POC siap untuk disaring menggunakan kain tipis.
Pembuatan POC dimulai dengan penyiapan galon bekas berkapasitas 15 liter. Setiap 1 kg limbah kotoran dicampur dengan 2 liter air cucian beras, kemudian tambahkan molases dan EM 4 ke dalam wadah. Campuran ini diaduk selama 5 menit hingga semua bahan tercampur rata. Setelah itu ditutup rapat dan difermentasi selama 7--10 hari di tempat teduh dan tidak terkena sinar matahari langsung. Selama masa fermentasi, dilakukan monitoring rutin mengaduk setiap dua hari sekali untuk memastikan distribusi mikroba yang merata. Untuk pengaplikasian pada media semai tanaman, POC digunakan dengan dosis 1:10 (100 ml POC dicampur 1 liter air). Media semai kompos dan tanah gembur kemudian disirami larutan POC pada minggu pertama semai, lalu diulang setiap satu minggu sekali hingga bibit siap pindah tanam. Hasil pengamatan menunjukkan bibit tumbuh lebih cepat, Daun lebih hijau, dan tingkat keberhasilan pindah tanam mencapai 90%. Metode ini sangat praktis diterapkan oleh petani setempat karena bahan baku mudah didapat dan alat yang diperlukan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI