Saya tidak sedang membela perselingkuhan. Tapi saya percaya, dalam dunia yang tak sempurna ini, manusia kadang jatuh. Dan saat itu terjadi, kita punya dua pilihan: menyimpan luka, atau mencoba menyembuhkannya.
Mengobati selingkuh bukan berarti kita selalu harus bertahan. Kadang, memaafkan artinya melepaskan. Tapi di banyak kasus, cinta sejati justru ditemukan di titik paling gelap. Di sanalah kita belajar mencintai bukan karena mudah, tapi karena memilih untuk tetap tinggal, meski terluka.
Refleksi Terakhir: Apakah Kita Bisa Sembuh?
Saya tidak punya jawaban pasti untuk semua orang. Tapi saya percaya: manusia punya kapasitas untuk berubah. Dan cinta, jika cukup kuat, bisa membimbing kita melewati luka, menuju ruang pemulihan yang baru.
Jika kamu sedang dalam proses mengobati selingkuh, ketahuilah: kamu tidak sendiri. Jalan ini tidak mudah, tapi juga tidak sia-sia.
Yang patah bisa disatukan, bukan untuk kembali seperti semula, tapi untuk menjadi lebih kuat dari sebelumnya.
Penutup: Tentang Harapan, Luka, dan Pilihan
Kita hidup dalam dunia yang penuh godaan, penuh ketidaksempurnaan. Tapi kita juga hidup dalam dunia yang memberi ruang untuk perubahan, untuk penyesalan yang tulus, dan untuk cinta yang bertahan meski dihantam badai.
Mengobati selingkuh bukan soal menutupi kesalahan, tapi membuka diri pada kejujuran, pertobatan, dan komitmen untuk menjadi versi diri yang lebih baik. Karena pada akhirnya, cinta yang bertahan bukanlah cinta yang sempurna tapi cinta yang memilih untuk tetap berjuang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI