Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... GURU - PENCARI MAKNA

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Begini Cara Agar Siswa Mau Terbuka dan Tidak Takut Salah

10 Mei 2025   05:35 Diperbarui: 10 Mei 2025   05:35 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cara Agar Siswa Mau Terbuka dan Tidak Takut Salah (Pixbay)

"Terkadang, keberanian terbesar bukanlah dalam jawaban yang benar, tetapi dalam keberanian untuk mengakui bahwa kita belum tahu."

Saat Siswa Diam, Saya Belajar Lebih Banyak

Saya masih ingat satu pagi di kelas. Seorang siswa saya, sebut saja namanya Lani, duduk dengan kepala menunduk saat saya menanyakan sesuatu yang sebenarnya sangat sederhana: "Apa pendapat kalian tentang cerita ini?" Tak satu pun tangan terangkat. Saya membiarkan keheningan itu menggantung sejenak, berharap seseorang akan bicara. Tapi tetap sunyi.

Saya tahu mereka punya sesuatu untuk dikatakan. Tapi yang saya rasakan dari wajah-wajah itu bukanlah ketidaktahuan melainkan ketakutan. Takut salah. Takut ditertawakan. Takut suaranya dianggap tidak penting.

Sejak hari itu, saya mulai bertanya pada diri sendiri: Mengapa siswa bisa begitu tertutup? Apa yang bisa saya ubah agar mereka merasa aman untuk bicara, meski mungkin salah?

Budaya Takut Salah Itu Nyata

Kita tumbuh dalam sistem pendidikan yang sering kali memberi ganjaran hanya pada jawaban benar. Ulangan, nilai, ranking semuanya mengajarkan bahwa kesalahan adalah musuh. Bahwa diam lebih aman daripada bicara dan keliru.

Dan budaya ini terbawa ke kelas. Saat saya bertanya, beberapa siswa lebih memilih menunduk atau pura-pura mencatat daripada menjawab. Mereka bukan tidak tahu, tapi mereka takut terlihat tidak tahu.

"Salah bukan akhir, tapi jalan menuju pemahaman. Jika siswa takut salah, maka kita telah kehilangan kesempatan mereka untuk belajar lebih dalam."

 Cara Membuka Pintu Kepercayaan di Kelas

Saya percaya bahwa kelas bukan sekadar tempat untuk menyampaikan materi, tapi ruang aman tempat siswa merasa cukup nyaman untuk menjadi diri mereka sendiri termasuk dalam kebingungan dan keraguan mereka.

Berikut beberapa hal yang saya lakukan dan pelajari:

  • Normalisasi Kesalahan

Saya mulai dari hal kecil. Ketika menjelaskan materi, saya kadang pura-pura membuat kesalahan lalu bertanya, "Eh, ini bener nggak ya?" Saya ingin mereka melihat bahwa bahkan guru pun bisa salah, dan itu tidak apa-apa.

Lalu saat siswa menjawab keliru, saya tidak langsung membetulkan. Saya bertanya balik, menelusuri proses berpikir mereka. Saya ingin mereka merasa: "Bukan jawabanmu yang aku nilai, tapi keberanian dan proses berpikirmu."

"Saat kesalahan tak lagi dihukum, maka keberanian tumbuh tanpa batas."

  • Bangun Relasi, Bukan Sekadar Kontrol

Siswa lebih terbuka pada guru yang mereka percaya. Dan kepercayaan tidak lahir dari perintah, tapi dari kedekatan. Saya mencoba mengingat nama panggilan mereka, menyapa lebih dulu, bahkan sekadar bertanya, "Gimana kabarnya hari ini?"

Saat mereka merasa dilihat dan dihargai sebagai manusia, bukan hanya murid, perlahan mereka mulai membuka diri. Kelas menjadi ruang berbagi, bukan hanya ruang belajar.

  • Beri Ruang Aman untuk Bicara

Saya pernah membuat sesi bernama "Ngobrol Bebas, Bebas Salah". Di sesi ini, tidak ada jawaban benar atau salah. Kami berbincang tentang topik ringan: mimpi, keluarga, makanan kesukaan. Perlahan, siswa mulai nyaman dengan suara mereka sendiri. Dan dari sana, mereka lebih berani bicara saat belajar.

"Kadang, agar siswa bicara tentang pelajaran, kita perlu lebih dulu membuat mereka nyaman bicara tentang diri mereka sendiri."

  • Ubah Pertanyaan, Ubah Atmosfer

Pertanyaan "Siapa yang tahu jawabannya?" bisa jadi intimidatif. Tapi ketika saya ubah menjadi, "Menurut kamu, bagaimana kalau...?" atau "Kalau kamu jadi tokoh ini, apa yang kamu rasakan?" suasana berubah.

Pertanyaan terbuka mendorong pemikiran, bukan hafalan. Dan dalam suasana itu, siswa merasa tidak dinilai, tapi diajak berdiskusi.

  • Rayakan Keberanian, Bukan Hanya Jawaban Benar

Setiap kali siswa menjawab, saya selalu memberikan apresiasi. Bahkan ketika jawabannya belum tepat, saya katakan, "Kamu berani menjawab, dan itu luar biasa. Mari kita lihat bersama-sama." Dengan cara ini, keberanian menjadi sesuatu yang dirayakan, bukan hanya keberhasilan.

"Jika siswa merasa dicintai saat mereka salah, mereka akan lebih berani untuk mencoba lagi."

Mengapa Ini Penting?

Siswa yang tidak takut salah akan lebih berani mencoba. Dan keberanian untuk mencoba adalah kunci dari segala bentuk pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun