Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Makna

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Relasi Pelanggan dan Produsen dalam Terang Etika Kehadiran Wajah Emanuel Levinas

8 September 2019   00:21 Diperbarui: 8 September 2019   01:17 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang terbersit di pikiran Anda ketika seseorang (entah seseorang itu sebagai pelanggan ataupun produsen) hadir di hadapanmu? 

Pertanyaan ini mungkin bagi sebagian orang tidak terlalu penting. Dalam dunia bisnis misalnya, pertanyaan ini dianggap sebagai pertanyaan basa-basi yang cuma menghabiskan waktu saja.

Mengapa? Sebabnya adalah relasi bisnis selalu mengutamakan untung dan rugi. Jika dalam sebuah relasi kedua belah pihak saling menguntungkan maka hubungan antara kedua subyek pelaku bisnis pantas untuk dipertahankan.

Namun, pada sisi lain jika relasi itu tidak menguntungkan salah satu pihak maka relasi itu tidak layak dijalankan lagi. Relasi bisnis tentunya bersifat sementara karena hubungan antar pihak terus dilakukan sejauh menguntungkan.

Pertanyaan besar bagi saya adalah apakah relasi yang sifatnya sementara bisa diubah ke dalam bentuk relasi yang sifatnya langgeng walaupun namanya tetaplah relasi bisnis?

Mengapa pertanyaan ini sangat penting diajukan? 

Pertanyaan ini diajukan agar mendapatkan satu model relasi yang tidak hanya menyentuh soal untung rugi saja tetapi sekurang-kurangnya ada tiga tujuan yang hendak dicapai.

Pertama, pertanyaan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas relasi antara pelanggan (konsumen) dan pemilik jasa (produsen).

Kedua, pertanyaan ini sebenarnya juga menggugat sikap konsumen terhadap produsen atau sebaliknya sikap produsen terhadap pelanggan.

Ketiga, pertanyaan yang sama juga menuntut tindakan apa yang dilakukan baik oleh konsumen/pelanggan maupun oleh penyedia jasa/produsen.

Dalam tulisan ini, saya menggunakan pemikiran Imanuel Levinas sebagai model untuk mengubah relasi yang sifatnya sementara menjadi relasi yang bersifat langgeng.

Etika Imanuel Levinas

Etika menurut Levinas adalah relasi yang konkret antar personal dalam bentuk kehadiran wajah. Relasi personal yang konkret yang terealisasi dalam kehadiran wajah semestinya dipahami dalam dua hal sekaligus. Pada satu pihak kehadiran wajah dalam pengertian hadir secara fisik. Dan pada pihak lain kehadiran wajah juga merupakan kehadiran yang transenden.

Kehadiran wajah secara fisik dipahami sebagai kehadiran seorang manusia yang memiliki ciri-ciri fisik seperti memiliki hidung, telinga, mulut, tangan, kaki dan lain sebagainya.

Kehadiran wajah dalam level ini menunjukan identitas manusia secara fisik yang kita lihat pada orang lain yang kita jumpai maupun yang kita miliki sekarang.

Kehadiran yang transedental yang dimaksudkan oleh Levinas adalah kehadiran “Yang Lain” yang tak terbatas. Yang Lain tak terbatas terpresentasi dalam kehadiran fisik orang yang ada di hadapan saya.

Wajah orang lain tidak hanya hadir secara fisik tetapi kehadiran fisik itu sekaligus membuat saya “cemas” dan menuntut saya untuk bertanggung jawab atas kehadiran “Yang Lain”. Aku harus keluar dari diri saya sendiri dan menaikkan kualitas relasi. Kehadiran wajah di hadapanku sekarang adalah kehadiran “Yang Lain” yang lebih tinggi posisinya daripada aku karena ada ketidakberhinggaan pada kehadiran wajah orang lain.

Konsekuensi kehadiran “Yang Lain” di hadapan saya sekarang adalah saya bertanggung jawab. Tanggung jawab atas kehadiran “Yang Lain” dengan sifatnya tak terbatas direpresentasikan dalam sikap saya yang menghargai hak-hak orang lain yang sekarang berada di hadapanku. Dan tanggung jawab terhadap hak-hak orang lain itu bukanlah suatu perintah. Karena bukan suatu perintah, maka saya tidak dapat mengelak dari tanggung jawab itu.

Relevansi pemikiran Levinas dalam relasi pelanggan dan produsen

Pertanyaan apa yang terbersit di pikiran Anda ketika seseorang (entah seseorang itu sebagai pelanggan/produsen) hadir di hadapanmu kini terjawab sudah. Bahwa kehadiran sebagai pelanggan maupun sebagai produsen seharusnya dilihat dari dua aspek sekaligus yaitu kehadiran fisik dan kehadiran transedental.

Dalam relasi bisnis yang melibatkan konsumen dan produsen tidak hanya sebatas kehadiran soal untung rugi tetapi kehadirannya adalah kehadiran “Yang Lain” dari dimensi tak terbatas.

Bagi pelanggan, kehadiran produsen tidak hanya sebagai pihak yang mencari untung semata tetapi dia adalah kehadiran “Yang Lain” yang menuntut pelanggan bertanggung jawab.

Demikian pula produsen tidak hanya melihat pelanggan sebagai subyek yang mendatangkan keuntungan bagi dirinya tetapi pelanggan juga adalah repsentasi kehadiran “Yang Lain” yang menuntut tanggung jawab produsen.

Di dalam kehadiran fisik terimplisit kehadiran transedental. Keduanya (baik kehadiran fisik maupun transedental) menuntut tanggung jawab. Bertanggung jawab dalam konteks ini dipahami dalam pengertian menghargai hak-hak orang lain. Pelanggan menghargai hak-hak produsen dan demikian pula produsen menghargai hak-hak pelanggan. Bertanggung jawab terhadap orang lain bukanlah suatu perintah.

Oleh karena tanggung jawab itu bukan suatu perintah, maka saya tidak dapat mengelak dari tanggung jawab itu.

Sumber: 1  2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun