Mohon tunggu...
Viona aminda
Viona aminda Mohon Tunggu... Freelancer - Life long learner

United nations colleague media, A mother to amazing son.

Selanjutnya

Tutup

Money

Bagaimana Bisnis Tetap Terjaga dari Kebangkrutan Selama Pandemi?

5 September 2021   01:18 Diperbarui: 5 September 2021   02:01 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Program bantuan pemerintah, dan prosedur kepailitan telah membantu menjaga bisnis tetap bertahan selama pandemi.

Jumlah kebangkrutan turun pada tahun 2020 di banyak negara. Sepintas, ini adalah kejadian yang aneh karena tahun 2020 adalah tahun wabah COVID-19 yang menyebabkan penguncian, penurunan tajam aktivitas bisnis, dan pertumbuhan ekonomi negatif.

Di Jepang, kebangkrutan perusahaan (perusahaan besar) turun ke level terendah dalam 30 tahun pada tahun 2020. Di Singapura, perintah kebangkrutan pribadi dan kebangkrutan perusahaan masing-masing turun lebih dari 40% dari tahun sebelumnya.

Pengajuan kebangkrutan bisnis turun 30% di India dan kebangkrutan menurun 30% di Malaysia. Bisnis yang memasuki kebangkrutan di Australia turun 42% YoY. Kebangkrutan usaha kecil dan menengah (UKM) turun 29% di Republik Korea. Data tidak tersedia untuk negara lain.

Tren serupa terjadi di luar Asia. kebangkrutan bisnis turun 5% di Amerika Serikat dan kebangkrutan perusahaan di Jerman turun 15% pada tahun 2020, level terendah dalam 20 tahun. Kepailitan dan proposal kebangkrutan di Kanada turun 24% dalam tiga kuartal pertama dibandingkan periode yang sama tahun 2019.

Hasil ini tampak lebih mencolok mengingat bukti survei mengerikan yang dikumpulkan dari perusahaan pada bulan-bulan pertama pandemi.

Perusahaan ditanya apakah mereka akan kehabisan uang tunai dalam 1, 3, atau 6 bulan dan terpaksa tutup. Sebagai contoh, pada Februari tahun lalu, 64% usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang disurvei di Republik Rakyat Tiongkok mengatakan mereka tidak dapat bertahan lebih dari 3 bulan karena kekurangan arus kas. Di Republik Korea, 70% UKM khawatir akan gulung tikar dalam 6 bulan.

Sebuah survei multi-negara pada bulan Maret dan April tahun lalu menemukan bahwa 50% UKM Asia, pada saat itu, memiliki cadangan kas kurang dari 1 bulan. Survei ADB pada bulan April dan Mei menunjukkan bahwa 75% UMKM di Thailand telah kehabisan uang tunai atau akan melakukannya dalam sebulan.

Angka untuk Indonesia adalah 85%. Di bulan-bulan awal ini, kebanyakan dari kita berasumsi bahwa pandemi akan tertahan dalam 3 atau, paling lama, 6 bulan.

Kita perlu mengingat bahwa suatu perusahaan dapat gagal atau tutup secara permanen tanpa terlibat dalam prosedur kepailitan atau kebangkrutan.

Dan ini lebih mungkin terjadi pada UMKM daripada perusahaan besar. Meskipun demikian, pengajuan kebangkrutan tetap merupakan indikator yang baik dari stres yang dirasakan oleh bisnis dan mungkin memperkirakan kegagalan bisnis akan meningkat pada tahun 2020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun