Alu' atau tongkat yang dipegang oleh penambuh terdiri juga dari kayu yang berjenis jati. Kayu Jati dijadikan bahan dasar untuk membuat alat musik tradisional Thungka yang berasal dari Bawean. Karena kayu berjenis ini merupakan bahan dasar kayu yang teksturnya yang keras sehingga cocok untuk menumbuk padi. Tidak hanya itu jenis kayu Jati juga bisa bertahan lama serta dapat menghasilkan bunyi yang baik.
Dalam pembuatan Thungka tidak harus orang yang faham akan musik akan tetapi faham akan mengetahui tentang pahatan kayu. Karena masyarakat Bawean memainkan alat musik Thungka ini hanya mengetahui ketukan dasar yaitu Thung dan Thek saja. Asal berbunyi Thung dan Thek alat Ronjengan itu sudah layak untuk dipakai memainkan seni pertunjukan musik tradisional Thungka. Hasil berdasarkan pengamatan dan pengukuran, maka diperoleh delapan ukuran alu yang biasa dimainkan oleh pemain alat musik tradsional Thungka. Perkembangan masyarakat Bawe dari waktu ke waktu dalam seni pertunjukan musik tradisional Tungka tidak hanya dikaitkan dengan pertunjukan alat musik saja, tetapi juga dengan munculnya penari, rebana, pemain banjali, atau alat musik keyboard lainnya. Dalam hal ini masyarakat Bawe biasa menyebutnya Dungka Modern. Penari ini terkadang digunakan atau ditampilkan pada saat acara dan pernikahan untuk menyambut wisatawan di Pulau Bawen, disertai dengan lirik lagu khas Bawen yang menceritakan keseharian masyarakat Bawen. Biasanya, lagu tersebut juga diiringi dengan bahasa daerah Bawen
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI