Mohon tunggu...
Amri MujiHastuti
Amri MujiHastuti Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan Sekolah Dasar

Pengajar, Ibu, pemerhati pendidikan anak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bagaimana Cara Menjadi Guru Bintang?

11 Juni 2020   05:49 Diperbarui: 11 Juni 2020   05:50 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bintang benda angkasa bersinar. Konotasi benda langit ini dianggap positif biasanya karena kebersinarannya. John Keats penyair aliran romantisme menggunakan objek bintang dalam puisinya berjudul Bright star, would I were stedfast as thou art. Penyair berharap dirinya bintang bukan karena bintang bersinar, harapannya menjadi bintang untuk satu karakter yang menurutnya patut membuat iri, bahwa satu bintang ini tak pernah berubah pikiran/prinsip sehingga tak pernah mengubah posisinya.

Penyair tak mengharapkan dirinya seperti bintang yang tak pernah memiliki kawan, berada tinggi tak terjangkau.Siapa pula yang ingin seperti bintang yang selalu sendiri dan tak pernah benar-benar memiliki kawan? Keinginannya menjadi bintang adalah karena sifatnya yang teguh dan sulit dirubah. 

Dengan demikian dia akan selalu dalam pelukan kekasihnya sebab bintang mewakili kesetiaan yang tak mudah terombang-ambing. Kekasih adalah sesuatu yang dicintainya. Penyair melihat bintang yang selalu tinggal di mana dia berada. Tak pernah berubah pikiran dari sosok guru seumpama bintang mewujud dalam perasaan hangat tentang ide mengajar dan membuat perubahan bagi masa depan anak-anak.

Itu pula perumpamaan seorang guru yang wajib mencintai profesinya terus menerus. Hujan badai boleh menghadang namun dia tetap menyukai tugasnya. Sampai tulang-belulangnya menjadi lemah, matanya rabun, dan kulitnya keriput kecintaannya akan sekolah, pada para siswa, ide belajar sepanjang hayat, dan tenggelam dalam dunia anak-anak yang riang, manja, dan kadang perlu perhatian ekstra tetap menjadi gairah hidupnya.

Dia akan mencari cara-cara terbaru yang disukai oleh anak-anak dalam belajar.  Dia mendidik satu generasi ke generasi berikutnya, namun ajaibnya selalu berhasil mendapatkan output yang sama. Dia tak pernah menyalahkan zaman karena tata krama dan sopan santun yang memudar dari generasi baru, melainkan dia menambah usahanya untuk membangun karakter siswa melalui didikan dan bekerja keras membangun generasi yang tetap mempertahankan nilai-nilai baik seperti generasi sebelumnya.

Guru bintang hadir dalam ingatan saat kita mengingat-ingat masa sekolah kita. Biasanya cukup banyak, bahkan kita akan sadar bahwa setiap guru adalah bintang di hati kita. Mereka orang yang mendidik kita sepanjang masa sekolah dan membentuk siapa diri kita sekarang. 

Tak terbayangkan bagaimana beberapa anak dalam masa belakangan ini tak hanya gamang menemukan sosok panutan yang tak pernah meninggalkannya di dunia pendidikan, namun bahkan terjadi pelanggaran serius dan beberapa kasus bahkan telah menjurus ke kriminal berkenaan dengan sikap dan etika terhadap guru.

Banyak faktor yang menyebabkan berita buruk dalam dunia pendidikan itu terpaksa dikonsumsi publik. Namun  kita akan berfokus pada usaha untuk  meluruskan niat dan menjadikan diri kita guru yang ada di hati siswa. Pertama, guru tak pernah berubah selalu menjadi orang yang memberikan sikap teladan. 

Mendidik yang termudah adalah dengan cara menjadikan kita contoh dan pelaku dari tindakan yang kita harapkan dilakukan oleh siswa. Bila kita ingin siswa kita suka membaca, maka guru harus membaca. Bila kita ingin siswa kita hidup hemat dan sederhana, maka kita harus menjadi pribadi yang secara kasat mata bersikap seperti itu di mata anak-anak dan dalam setiap keseharian kita. Bila kita berharap anak-anak mahir matematika atau berpantun, maka guru harus terlebih dahulu melakukannya. Sesederhana itu.

Guru adalah pembentuk karakter anak terpenting setelah keluarga. Banyak cerita tentang anak yang setelah memasuki dunia sekolah menjadi lebih patuh pada kata gurunya daripada kata orang tuanya. Banyak cerita orang tua yang curhat bagaimana anak mereka saat dibimbing belajar tak bisa menerima cara yang ditunjukkan orang tuanya meskipun cara itu toh benar juga. 

Dia hanya mau mengerjakannya persis sama dengan cara yang diajarkan gurunya. Hal ini menunjukkan bentuk kepercayaan seorang anak yang sangat besar dan mendalam terhadap sosok gurunya. Dengan kepercayaan itu, bila menggunakannya dengan bijak maka guru dapat membuat banyak perubahan dalam perkembangan anak menjadi pribadi berkarakter dan cerdas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun