Mohon tunggu...
Eva Rosita
Eva Rosita Mohon Tunggu... Lainnya - Art and Education

Art, Linguistics, and Education

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Bawa Anak Kecil Tonton Deadpool? "It's not a Good Idea"

19 Mei 2018   16:29 Diperbarui: 19 Mei 2018   17:04 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belum turun dari penayangan Avengers Infinity War, kini penggemar Marvel  seakan diberikan obat penawar akibat Thanos melenyapkan setengah superhero dalam film ke tiga Avengers tersebut.

Kehadiran Wade Wilson, tokoh utama Deadpool menjadi penghibur selama hampir 2 jam penuh dengan sindiran-sindiran yang menyerempet ke studio sebelah; DC, kehadiran cameo X-Men, sampai ke guyonan dengan rating R-17.

Sudah menjadi jaminan bahwa semua film Marvel selalu menjadi incaran para penonton bioskop, maka saya mengantisipasi kehabisan tiket dengan membeli beberapa hari sebelumnya. Itu pun kebagian kursi deretan 3 baris dari depan. Bersemangat melihat aksi sang anti-superhero, saya duduk di antara penonton lain yang rata-rata remaja dan mahasiswa.

Namun rupanya di antara mereka terselip seorang anak kecil kira-kira berusia 5 tahun tengah duduk bersama ayahnya. Mereka duduk persis di samping saya. Saya mencoba berpikir, 'Oh, mungkin mereka belum tahu film nya seperti apa, atau jangan-jangan mbak-mbak pemeriksa tiket tidak tahu, tidak disosialisasikan, atau tidak memperhatikan bahwa film ini bukan untuk anak kecil'.

Karena saya sudah menonton Deadpool I, maka saya tahu persis bahwa film ini berbeda dengan film Marvel lainnya; mirip dengan Wolverine, Deadpool diperuntukkan bagi 17 tahun ke atas.

Benar saja, 5 menit pertama, Wade Wilson meledakkan diri sendiri di atas barrel minyak dengan anggota tubuh terpotong-potong dan mengacungkan jari tengah. Bagi penonton dewasa bisa jadi itu lelucon dan hal yang dianggap sebagai hiburan semata, namun bagaimana bagi anak-anak? Tepatnya bagaimana nasib anak yang duduk si samping saya?

Well of course, saat ada adegan orang dewasa, sang Papa mencoba menutup mata si anak, namun saat adegan pembunuhan dan kekerasan, luput sama sekali. 

Penyaringan penonton merupakan tantangan bagi pengelola bioskop apalagi sekarang masyarakat bisa membeli tiket secara online sehingga tidak diketahui umur dan kelayakan mereka menonton film yang diperuntukkan bagi usia tertentu. Dulu saat The Raid diputar, banyak remaja kecewa tidak bisa ikut menonton karena mereka belum cukup umur karena unsur laga dan kekerasan pada film tersebut.

Walaupun di balik itu, mereka tetap berusaha menggunakan jalur belakang seperti meminjam ID teman atau memanfaatkan postur badan yang besar supaya dikira kelihatan seperti anak kuliahan. Namun sekarang hal tersebut tidak lagi menjadi perhatian sehingga semua orang baik tua atau muda bisa menonton apapun yang mereka inginkan.

Kondisi tersebut menuntut para orangtua lebih bijak dan mencari informasi terlebih dahulu sebelum menonton film atau petugas bioskop harus lebih tegas mempersilakan penonton yang masuk meskipun mereka sudah membeli tiket.  Hal ini perlu diperhatikan karena dampak negatif yang ditimbulkan kepada anak. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun