Mohon tunggu...
Evelyn Telaumbanua
Evelyn Telaumbanua Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menyukai penulisan-penulisan yang bersifat informatif

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kota Mandiri, Solusi Nyata atau Sekadar Tren Baru?

17 Januari 2024   02:20 Diperbarui: 17 Januari 2024   15:45 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kota mandiri. (Dok. PEXELS/EZIZ CHERYYEV via kompas.com)

Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena kota mandiri semakin merajalela di Indonesia. BSD, Kota Baru Parahyangan, Grand Wisata, Harapan Indah, Sentul City, Summarecon Emerald Karawang, BSB City Semarang, dan berbagai proyek serupa mengepul dari tangan pihak swasta. 

Meski terlihat sebagai jawaban atas masalah pemukiman, pertanyaannya muncul, apakah kota mandiri benar-benar solusi yang nyata? Ataukah ini hanyalah tren baru yang mungkin justru membawa masalah baru?

Keberhasilan Kota Mandiri

Kota mandiri sering dijual sebagai solusi untuk mengatasi masalah kota besar yang padat dan kurangnya fasilitas. Mereka menjanjikan lingkungan yang terencana dengan fasilitas modern, ruang terbuka hijau, dan berbagai kemudahan lainnya. 

Banyak dari kota mandiri ini juga menawarkan konsep hunian terintegrasi dengan pusat perbelanjaan, pendidikan, dan rekreasi yang tersedia dalam satu kawasan.

Namun, kendati ada keberhasilan dalam menciptakan lingkungan yang teratur, beberapa kota mandiri belum tentu mampu menyelesaikan masalah antara kota besar dan satelitnya. Kadangkala, mereka justru menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang tidak terduga.

Masalah Potensial

Kesenjangan Sosial Ekonomi

Meskipun konsep kota mandiri menjanjikan kemudahan dan fasilitas modern, realitasnya menunjukkan bahwa tidak semua individu dapat merasakan manfaatnya. 

Sebaliknya, perbedaan dalam aksesibilitas dapat memperlebar kesenjangan sosial ekonomi di masyarakat. Hanya sebagian kecil orang yang mampu menikmati segala fasilitas kota mandiri, sementara mayoritas masyarakat tetap terpinggirkan dari kemudahan-kemudahan tersebut.

Kesenjangan sosial ekonomi yang muncul dapat menciptakan divisi yang lebih dalam di antara kelompok-kelompok masyarakat. 

Segelintir individu yang dapat menikmati kemewahan di dalam kota mandiri mungkin akan merasakan kenyamanan dan perkembangan ekonomi, sedangkan sebagian besar masyarakat di luar kota mandiri mungkin menghadapi tantangan lebih besar dalam mengakses pekerjaan, pendidikan, dan layanan kesehatan yang berkualitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun