Mohon tunggu...
Evelyn Gabriella Suliantoro
Evelyn Gabriella Suliantoro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Seorang gadis penyuka matcha dan senja Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketahanan Pangan: Dimensi, Faktor, dan Strategi

9 Desember 2022   21:28 Diperbarui: 9 Desember 2022   22:04 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dimensi terakhir dalam ketahanan pangan adalah stabilitas dimana pangan tersebut harus tersedia sepanjang tahun. Walaupun produksi pangan suatu negara melimpah pada satu musim, belum dapat dikatakan memenuhi standar ketahanan pangan apabila pada musim lainnya negara tersebut tidak memiliki persediaan makanan. 

Ketahanan pangan merupakan sebuah proses yang dinamis dimana dapat terjadi fluktuasi status ketahanan pangan di setiap tahun. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan. Pertama, konflik. Ketika ada konflik di suatu negara atau wilayah, masyarakat tidak dapat memproduksi pangan sesuatu kebutuhan dan perencanaan. Hal ini dapat berpengaruh pada distribusi komoditas, kegiatan ekspor-impor, dan lain sebagainya akibat pemblokiran akses transportasi maupun tempat-tempat transit yang memegang peranan vital. Lebih jauh, masalah ini dapat menjalar dalam ranah global. 

Contohnya seperti yang sedang terjadi sekarang, perang Ukraina-Rusia memiliki dampak yang serius terhadap keamanan pangan dunia mengingat Rusia sebagai salah satu eksportir pupuk dan Ukraina sebagai salah satu eksportir gandum. Terbatasnya suplai komoditas tersebut karena rantai distribusi yang terputus akibat perang menyebabkan inflasi yang cukup tinggi. Faktor yang kedua adalah perubahan iklim. Beberapa dampak perubahan iklim seperti kekeringan, hujan lebat, dan badai tropis berpengaruh pada proses produksi dan pasca produksi komoditas pangan.

Tentu saja, sektor pertanian menjadi sektor yang paling rentan dalam menghadapi perubahan iklim karena berpengaruh pada pola dan waktu tanam serta kualitas hasil. Apalagi, pertanian di beberapa negara contohnya negara kita masih menggantungkan irigasi alami dari hujan.  Ketiga, faktor pandemi. Untuk negara kita sendiri, faktor ini cukup berpengaruh mengingat bahwa pandemi ini masih terjadi di Indonesia walaupun dengan dampaknya sudah menurun sedikit demi sedikit. Selama pandemi berlangsung, tak sedikit usaha yang gulung tikar dan pekerja yang dirumahkan sehingga berdampak pada akses ekonomi masyarakat terhadap pangan yang ditandai dengan menurunnya daya beli.

Perekonomian yang lesu selama pandemi menyebabkan pendapatan per kapita juga menurun sehingga alternatif yang ditempuh masyarakat adalah dengan mengurangi pengeluaran baik itu pengeluaran kuantitas maupun pengurangan kualitas. Selain itu, kebijakan PPKM yang sempat diberlakukan menyebabkan kegiatan distribusi menjadi terbatas yang berpengaruh pada keterjangkauan pangan. 

Strategi untuk mewujudkan ketahanan pangan dapat disesuaikan dalam berbagai level dan kondisi. Dalam kondisi new normal, kita dapat belajar untuk mandiri dalam menciptakan ketahanan pangan di lingkup terkecil yaitu rumah tangga. Contohnya kita dapat memelihara ayam sendiri, belajar berkebun dengan menanam sayuran dan buah-buahan, dan lain sebagainya. 

Masyarakat perkotaan yang tinggal di apartemen dapat menerapkan pertanian urban di balkon atau rooftop apartemen dengan memperhatikan kekuatan konstruksi bangunan. Sedangkan, untuk masyarakat perkotaan yang tidak tinggal di apartemen, urban farming dapat berupa penerapan vertikultur pada dinding atau pagar rumah untuk tanaman berusia pendek seperti selada, sawi, dan bayam ataupun dapat juga menggunakan teknik hidroponik. 

Jika kita ingin mewujudkan ketahanan pangan, kita harus berpikir bahwa sistem pangan tidak hanya cukup dengan memproduksi banyak makanan tetapi juga memperhatikan dimensi-dimensi yang menyertai dan perlu memastikan dapat meminimalisasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan itu sendiri. 

Seperti, bagaimana konflik diminimalkan, bagaimana iklim diprediksi dengan lebih akurat, bagaimana menjadi agen perubahan untuk mengurangi kemiskinan, dan lain sebagainya. Selain itu, kita dapat mengambil bagian dalam mengedukasi masyarakat untuk memilih makanan dengan lebih bijaksana dengan mempertimbangkan nutrisi yang diperlukan tubuh. Edukasi dapat dilakukan melalui berbagai platform seperti kampanye di media sosial, podcast, konten youtube, dan lain sebagainya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun