Mohon tunggu...
Eva Suarthana
Eva Suarthana Mohon Tunggu... Dosen - Seorang dokter dan epidemiolog yang saat ini bekerja sebagai peneliti di Montréal, Canada.

Seorang dokter dan epidemiolog yang saat ini bekerja sebagai peneliti di Montréal, Canada.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pengaruh Pendidikan Agama pada Masa Remaja terhadap Kesehatan dan Kesejahteraan di Masa Dewasa

26 Juni 2019   02:35 Diperbarui: 26 Juni 2019   02:45 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebuah studi dari Harvard TH Chan School of Public Health, Amerika Serikat, menunjukkan berpartisipasi dalam kegiatan spiritual selama masa kanak-kanak dan remaja dapat menjadi faktor pelindung terhadap banyak masalah kesehatan dan meningkatkan kesejahteraan di awal masa dewasa. 

Para peneliti menemukan bahwa orang-orang yang menghadiri kebaktian keagamaan mingguan ataupun melakukan doa atau meditasi harian di masa muda melaporkan kepuasan hidup yang lebih besar di usia 20-an. Kelompok ini juga lebih kecil kemungkinannya mengalami gejala depresi, merokok, menggunakan obat-obatan terlarang, atau mengalami penyakit infeksi menular seksual dibandingkan mereka yang tidak dibesarkan dengan kebiasaan spiritual secara teratur.

"Temuan ini penting bagi pemahaman kita tentang kesehatan serta pola asuh," kata Ying Chen, yang baru saja menyelesaikan pasca doktoralnya di Harvard Chan School. "Banyak anak dibesarkan secara religius, dan penelitian kami menunjukkan bahwa hal ini dapat secara kuat mempengaruhi perilaku kesehatan, kesehatan mental, dan kebahagiaan dan kesejahteraan mereka secara keseluruhan."

Para peneliti menganalisis data kesehatan dari para ibu yang berpartisipasi dalam Nurses' Health Study II (NHSII) dan anak-anak mereka dalam Growing Up Today Study (GUTS) di Amerika Serikat. Sebanyak 5.000 remaja diteliti selama antara 8-14 tahun. Untuk mendapatkan efek pendidikan agama terhadap kesehatan dan kesejahteraan para peserta, analisis dilakukan dengan mengendalikan banyak variabel, seperti kesehatan ibu, status sosial ekonomi, dan riwayat penyalahgunaan zat atau gejala depresi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta yang menghadiri kegiatan keagamaan setidaknya setiap minggu di masa kanak-kanak dan remaja, sekitar 18% merasa lebih bahagia sebagai orang dewasa muda (usia 23-30) dibandingkan mereka yang tidak pernah menghadiri kegiatan. Hampir sepertiga dari mereka juga lebih aktif menjadi sukarelawan di komunitas mereka dan 33% lebih kecil kemungkinannya untuk menggunakan obat-obatan terlarang.

Di kalangan peserta yang berdoa atau bermeditasi setidaknya setiap hari ketika tumbuh dewasa, 16% merasa lebih bahagia sebagai orang dewasa muda, 30% lebih kecil kemungkinannya untuk memulai berhubungan seks pada usia muda, dan 40% lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami penyakit infeksi menular seksual dibandingkan untuk mereka yang tidak pernah berdoa atau bermeditasi.

Walaupun keputusan tentang beragama pada dasarnya tidak dipengaruhi oleh faktor kesehatan, bagi remaja yang sudah memegang kepercayaan beragama, dorongan untuk meghadiri kegiatan keagamaan dan melakukan meditasi atau doa secara pribadi dapat menjadi cara untuk melindungi mereka terhadap beberapa ancaman kesehatan di usia remaja, misalnya depresi dan penyalahgunaan obat-obatan. Selain itu, kegiatan ini dapat berefek positif terhadap kebahagiaan, kemampuan untuk memaafkan, serta keinginan untuk menjadi sukarelawan dan mencapai tujuan yang lebih besar.

Salah satu keterbatasan penelitian ini adalah bahwa peserta penelitian terutama terdiri dari remaja perempuan kulit putih dari status sosial ekonomi keluarga yang relatif tinggi, sehingga mungkin temuan tidak dapat digeneralisasikan untuk populasi yang lebih luas. Keterbatasan lain adalah bahwa penelitian ini tidak melihat pengaruh orang tua dan teman sebaya terhadap pengambilan keputusan oleh para remaja untuk mengikuti kegiatan keagamaan.

Studi sebelumnya oleh VanderWeele dkk. telah menunjukkan hubungan antara keaktivan beragama di masa dewasa dengan kesehatan dan kesejahteraan yang lebih baik, termasuk risiko kematian dini yang lebih rendah. 

Mereka mendapatkan bahwa kehadiran dalam kegiatan keagamaan dalam kelompok memiliki hubungan yang lebih besar dengan kesehatan dan kesejahteraan dibandingkan doa atau meditasi secara pribadi. Penelitian yang dilakukan pada para remaja menemukan bahwa kegiatan spiritual secara berkelompok dan pribadi memiliki manfaat yang hampir sama.

Disadur dari " Religious upbringing linked to better health and well-being during early adulthood" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun