Mohon tunggu...
Rista Barut
Rista Barut Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

WAYANG JARI UNTUK PEMBELAJARAN MATEMATIKA KONTEKSTUAL

25 Mei 2015   14:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:37 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

“Ayo Adek-Adek, hari ini kita belajar matematika yah”.

“Yah kok matematika Mbak. Aku nggak mau belajar matematika. Enggak ngerti Mbak ”

Sepenggal percakapan diatas terjadi saat seorang mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma hendak mendampingi siswa sekolah dasar. Sekilas ada nada penolakan saat mengajak beberapa anak untuk belajar matematika.Memang sudah menjadi rahasia umum matematika adalah mata pelajaran yang tidak disukai oleh siswa. Matematika dirasa terlalu sulit untuk dipahami, sehingga tidak jarangsiswa mendapat nilai yang kurang memuaskan.

Kondisi ini sangat disayangkan, jika mengingat konsep yang diajarkan dalam pelajaran matematika sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari, seperti konsep berhitung baik penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.Berhitung merupakan konsep dasar yangpertama kali diajarkan pada siswa, karena nantinya akan digunakan pada konsep-konsep matematika lainnya. Maka dari itupenguasaan akan kemampuan berhitung sangat penting.

Adanya keprihatinan seperti ini, melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian masyarakat (PKM-M) yang diselenggarakan oleh DIKTI dengan judul memperkenalkan “Wayang Jari untuk Pembelajaran Matematika Kontekstual”, tim pelaksana PKM-M ingin membantu mengatasi keprihatinan tersebut. “Wayang Jari untuk Pembelajaran Matematika Kontekstual” merupakan sebuah program pendampingan belajar yang membantu siswa meningkatkan kemampuan berhitung. Secara garis besar program pengabdian masyarakat ini terdiri atas dua unsur penting yaitu “Pembelajaran Matematika Kontekstual” dan “wayang Jari”.

Pembelajaran matematika kontekstual dengan menggunakan media wayang jari merupakan suatu metode belajar matematika dimana konsep berhitung yang matematika dikemas dalam cerita. Cerita tersebut merupakan gambaran peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan mengandung suatu persoalan matematika yang harus diselesaikan. Ini sesuai dengan prinsip dari pembelajaran kontekstual itu sendiri yaitu mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannnya dalam kehidupan sehari-hari

Seperti yang dikemukakan Piaget, perkembangan kognitif siswa pada tingkat sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret dimana siswa membutuhkan hal-hal yang konkret untuk memahami materi. Maka dari itu dengan adanya cerita guru dapat membantu siswa untuk menghadirkan situasi keseharian ke dalam kelas. Mengingat pada umumnya anak-anak sangat menyukai cerita, maka pembelajaran matematika kontekstual dengan wayang jari dirasa cocok untuk diterapkan pada siswa sekolah dasar.

Selanjutnya, unsur kedua dari program ini adalah wayang jari. Wayang jari adalah wayang mini yang disematkan ke jari. Wayang jari ini digunakan sebagai tokoh dalam cerita. Caramemainkannya hanya dengan menggerakkan jari-jemari sehingga wayang seolah - olah hidup dengan mengikuti alur cerita yang telah disiapkan. Selain menjadi media untuk melakonkan cerita, wayang jari juga diangkat menjadi sebuah ikon bagi tim untuk pelaksanaan program tersebut.

Tim PKM sendiri sudah melaksanakan program ini di SD Kanisius Kanutan Bantul Yogyakarta untuk Kelas 1, Kelas 2, dan Kelas 3. Pelaksanaan program ini sudah berlangsung selama 4 bulan terhitung dari bulan Februari – Mei 2015. Dalam prosesnya, tim pelaksana PKM mengamati adanya peningkatan antusiasme siswa pada pembelajaran matematika. Antusiasme itu terlihat dari keseriusan dalam mengikuti alur cerita dan keaktifan siswa untuk menjawab berbagai persoalan matematika yang muncul pada suatu peristiwa.

Pembelajaran matematika kontekstual dengan menggunakan wayang jari ini dapat digunakan oleh para guru sebagai model pembelajaran alternatif. Kombinasi antara model pembelajaran konvensional (ceramah) dan model pembelajaran kontekstual menggunakan wayang jari dapat mengurangi tingkat kebosanan siswa dan membuat siswa menjadi tertarik untuk belajar matematika. Ketertarikan itu merupakan awal munculnya minat untuk belajar, harapannya dengan begitu siswa tidak beranggapan bahwa matematika dan berbagai konsep berhitungnya itu sebagai suatu hal yang rumit, sulit dan abstrak, namun sebagai dasar yang penting dan bermanfaat bagi jenjang berikutnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun