Mohon tunggu...
Eva Nurmala
Eva Nurmala Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan swasta

Saya karyawan swasta yang gemar menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Literasi Media dan Semangat Perdamaian di Dunia Maya

11 Agustus 2018   14:28 Diperbarui: 11 Agustus 2018   14:37 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Generasi Milenial - nusantara.news

Istilah literasi media terus menguat seiring dengan peningkatan informasi menyesatkan di dunia maya. Apa sebenarnya literasi media? Literasi media pada dasarnya merupakan upaya cek ricek dalam menyikapi setiap informasi yang kita terima.

 Setiap informasi yang disebarkan di dunia maya, harus memberikan manfaat bagi masyarakat. Kenapa hal ini penting? Karena bibit kebencian yang disebarkan di dunia maya, bisa berpotensi melahirkan konflik dan perpecahan. Apalagi Indonesia adalah negara dengan tingkat keberagaman yang sangat tinggi. Kondisi ini pun bisa berpotensi memicu terjadinya konflik, jika informasi yang disebarkan berisi terus-berusan berisi kebencian.

Mari kita lihat kondisi Indonesia dalam beberapa tahan terakhir. Ujaran kebencian terus mengalami peningkatan sejak pilkada DKI Jakarta tahun lalu. Bahkan, jelang pilpres dan pileg pada 2019 mendatang, bibit kebencian masih saja muncul di dunia maya. 

Kondisi ini semakin parah dengan masuknya kelompok intoleran dan radikal, yang terus menyebarkan provokasi negative di dunia maya. Masyarakat yang tidak mempunyai kebiasaan literasi media, alias cek ricek untuk memastikan keabsahan informasi, menelah begitu saja informasi yang ada. Padahal informasi tersebut merupakan informasi salah yang sengaja dimunculkan.

Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat, semestinya semakin memudahkan setiap orang untuk melakukan cek ricek terhadap setiap informasi.

Sayangnya, karena tradisi masyarakat kita juga malas dalam literasi di tambah sering share informasi tanpa memastikan informasi itu benar atau tidak, berdampak pada berkembangnya hoax di Indonesia begitu mudah. Tinggal dibumbui sentimen SARA, maka masyarakat yang ramah akan berubah menjadi masyarakat yang mudah marah. 

Dan Indonesia sebenarmnya juga pernah mengalami sejarah semacam ini. Pertanyannya, kenapa sampai sekarang masih terjadi? Dan kenapa masyarakat juga masih mudah terprovokasi?

Hal ini tentu harus menjadi perhatian kita semua. Tanpa komitmen bersama, membenendung pesan negative itu niscaya akan bisa dilakukan. Semangat menebar kedamaian di dunia maya, harus menjadi perhatian semua generasi. J

ika generasi muda di era kemerdekaan, berkomitmen merebut keberdekaan dari tangan penjajah sampai akhirnya bisa mengantarkan Indonesia menjadi negara merdeka, bagaimana dengan generasi di era milenial ini? Sudahkah kita memberikan kontribusi positif untuk mengisi kemerdekaan?

Sekali lagi, kmari kita membekali diri dengan literasi, agar kita tidak mudah terprovokasi. Dan mari isi kemerdekaan ini dengan memanfaatkan dunia maya secara arif dan bijaknya. 

Dengan memanfaatkan dunia maya secara arif dan bijaksana, secara tidak langsung kita juga aktif menggelokan semangat perdamaian di dunia maya. Karena dunia maya saat ini sudah dipenuhi dengan bibit intoleransi, yang bisa mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. 

Semoga di tahun politik ini, literasi akan terus ditingkatkan, karena provokasi pun diperkirakan juga akan semakin meningkat. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun