Mohon tunggu...
Evander Nathanael Ginting
Evander Nathanael Ginting Mohon Tunggu... Pengacara - Gadjah Mada University

Rationalist

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Fenomena Dewa Kipas

22 Maret 2021   14:16 Diperbarui: 6 April 2021   23:46 1032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Dalam tulisan kali ini saya akan membahas mengenai alasan betapa populernya berita tentang kasus Dewa Kipas, serta dampak "Fenomena Dewa Kipas" bagi masyarakat umum.

Mengapa Berita tentang Dewa Kipas Begitu Populer? 

Di tengah pandemi seperti saat ini, masyarakat tentu sudah lelah dengan segala berita yang tidak menyenangkan mata, hati, dan telinga. Masyarakat Indonesia khususnya, jarang sekali menemukan berita positif baik dari bidang ekonomi, sosial, politik, kesehatan, pendidikan, dan bahkan bidang olahraga.  

Kemudian munculah berita tentang Dewa Kipas alias Pak Dadang, dimana seorang bapak-bapak biasa asal Indonesia yang mampu mengalahkan seorang master internasional asal negara adidaya Amerika Serikat, Levy Rozman, yang juga adalah selebriti olahraga catur. Tentu saja berita ini menjadi angin sejuk bagi media dan masyarakat kita.

Kita tidak bisa pungkiri dalam alam bawah sadar masyarakat Indonesia, bersemayam inferiority complex terhadap bangsa barat. Menganggap mereka adalah kiblat peradaban, simbol kemakmuran, dan lebih maju dari berbagai aspek. Melihat kemenangan seorang Pak Dadang, tentu memberikan sensasi dan kebanggaan tersendiri bagi media dan masyarakat Indonesia.

Berita semacam ini pasti lebih viral dan lebih menjual daripada berita yang sebenarnya lebih berbobot secara materi seperti berita keberhasilan seorang anak muda bangsa bernama Novendra Priasmoro, yang meraih gelar Grand Master. Masyarakat Indonesia jelas lebih menyukai berita sejenis kisah "David vs Goliath" atau "Jerry vs Tom", underdog story yang memberikan sensasi kejutan dan abai terhadap kebenaran umum.

Saya pribadi tentu bangga apabila ada orang seperti Pak Dadang di dunia percaturan Indonesia, namun mendengar kalau akun dari Pak Dadang tsb ditutup oleh penyedia jasa permainan catur online, chess dot com, kebanggaan saya pun meredup. Dari yang saya tahu, chess dot com pasti punya alasan yang sangat kuat untuk menutup sebuah akun, salah satunya terbukti secara sah dan meyakinkan menggunakan bantuan engine catur.

Berbeda dari netizen Indonesia kebanyakan yang langsung melakukan perundungan massal terhadap IM Levy Rozman dan chess dot com. Saya langsung menganalisa akun chess dot com Pak Dadang yang bernama Dewa Kipas tsb, saya selidiki akunnya, saya selidiki partainya, dan saya bisa ambil kesimpulan kalau akun ybs memang pantas untuk ditutup.

Ditambah lagi dengan data dan statistik yang dipaparkan oleh PERCASI dan SCUA serta klarifikasi langsung dari chess dot com sendiri melalui media Amerika Serikat WIRED, bagi saya pribadi sudah lebih dari cukup untuk menjelaskan kalau pengguna akun Dewa Kipas melakukan hal demikian, tapi tentu saja masyarakat awam yang sudah "terlanjur sayang" dengan sosok Dewa Kipas, tidak menerima begitu saja.

Singkat cerita fenomena ini mencapai klimaksnya, masyarakat secara umum meminta untuk melakukan "pertarungan secara langsung" antara Pak Dadang Subur dengan pemain catur setingkat IM Levy Rozman untuk memastikan kebenarannya. Seorang mentalist dan salah satu youtuber tersukses di Indonesia, Deddy Corbuzier bersedia mensponsori acara dwitarung antara Pak Dadang Subur melawan WGM Irene Kharisma Sukandar, pada hari Senin 22 Maret 2021, pukul 15:00 WIB.

Dampak yang Terjadi Akibat Kasus Dewa Kipas, Olahraga Catur Makin Populer tetapi Para Master Catur Malah Diremehkan?

Dibalik fenomena ini, ada satu hal yang saya sangat syukuri, dimana olahraga catur semakin populer dan terus menjadi pembahasan masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan. Hampir setiap hari media-media di Indonesia membicarakan fenomena Dewa Kipas tersebut, dan lucunya masyarakat seakan tidak merasa bosan membicarakan hal ini.

Selain itu, masyarakat akan berusaha untuk menelusuri catur lebih dalam lagi, tentang bagaimana cara bermainnya, manfaat positifnya bagi jiwa dan raga, siapa saja atlet-atlet terbaiknya, dan bahkan orang-orang yang tadinya meninggalkan catur, menjadi tertarik lagi setelah fenomena Dewa Kipas ini muncul ke permukaan.

Saya pribadi, orang dengan profesi yang tidak ada kaitannya dengan permainan catur, kembali berusaha menyempatkan waktu untuk bermain catur lagi. Saya buka lagi buku-buku catur saya yang tersimpan di lemari, saya lihat lagi partai-partai catur yang luar biasa di YouTube, dan sekalian saya bernostalgia dengan masa perkuliahan saya yang hampir setiap hari berurusan dengan catur.

Hanya saja akibat dari kasus ini menimbulkan hal-hal yang bagi saya tidak elok untuk dilihat. Saya lihat komentar-komentar netizen Indonesia yang ada di instagram, twitter, facebook, dan situs-situs berita online, yang mengatakan kalau gelar master di catur itu mudah didapatkan dan mereka para master itu juga mudah dikalahkan.

Padahal, saya tahu betul  kalau usaha teman-teman master catur untuk memperoleh gelar itu tidaklah mudah! Para master catur pasti sudah memecahkan puluhan ribu problem catur, menguasai berbagai bangunan opening, khatam bangunan ending, bermain dengan pemain yang lebih kuat, membaca teori catur yang sudah tak terhitung, memenangkan kompetisi, hingga akhirnya mendapatkan norma master tsb.  

Lucunya, opini masyarakat awam menilai kalau semua yang diatas itu bisa dikalahkan dengan bermodalkan menghisap beberapa batang rokok dan meminum segelas kopi! Kemudian, setelah melakukan ritual ala penjaga pos ronda tersebut, para master dan bahkan Grand Master sekalipun akan kalang kabut! Wow! Bukankah ini penghinaan terhadap profesionalitas dan kerja keras?

Dalam berbagai bidang, entah itu olahraga, seni, hingga disiplin ilmu tertentu, didalamnya pasti ada berbagai orang dengan tingkat keahlian yang berbeda. Olahraga catur khususnya, ada hierarki yang secara tegas memisahkan kekuatan antar pemainnya, makanya ada elo rating dan juga gelar GM, IM, FM dsb. Bahkan belum lama ini, di tingkat Grand Master sendiri memiliki kelas yang berbeda antara Grand Master biasa dengan Super Grand Master.

Mungkin saja ada sosok Crouching Tiger dan Hidden Dragon di catur seperti yang diharapkan masyarakat ke sosok Dewa Kipas, namun sebagai orang yang percaya proses dan kerja keras, saya jelas meragukan beliau. Statistik beliau sebelum 22 Februari 2021 di chess dot com adalah pemain dengan elo rating kisaran 1500, tapi ajaibnya dalam waktu dua minggu, menjadi pemain elo rating kisaran 2300.  

Kalaupun sosok Crouching Tiger dan Hidden Dragon di olahraga catur eksis, pasti melakukan usaha yang tak kalah keras dari pecatur kelas dunia. Tidak bisa yang seperti itu terbentuk dalam hitungan hari dan minggu. Maka dari itu pemahaman seperti ini perlu diluruskan ke masyarakat. Jangan biarkan fantasi liar yang tak masuk akal ini terus berkeliaran di pikiran masyarakat, semua yang diperoleh master itu jelas melalui kerja keras dan kerja cerdas.

Salam Gens Una Sumus!
Semoga percaturan di Indonesia terus melangkah maju!  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun