Mohon tunggu...
Evander Nathanael Ginting
Evander Nathanael Ginting Mohon Tunggu... Pengacara - Gadjah Mada University

Rationalist

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Fenomena Dewa Kipas

22 Maret 2021   14:16 Diperbarui: 6 April 2021   23:46 1032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dibalik fenomena ini, ada satu hal yang saya sangat syukuri, dimana olahraga catur semakin populer dan terus menjadi pembahasan masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan. Hampir setiap hari media-media di Indonesia membicarakan fenomena Dewa Kipas tersebut, dan lucunya masyarakat seakan tidak merasa bosan membicarakan hal ini.

Selain itu, masyarakat akan berusaha untuk menelusuri catur lebih dalam lagi, tentang bagaimana cara bermainnya, manfaat positifnya bagi jiwa dan raga, siapa saja atlet-atlet terbaiknya, dan bahkan orang-orang yang tadinya meninggalkan catur, menjadi tertarik lagi setelah fenomena Dewa Kipas ini muncul ke permukaan.

Saya pribadi, orang dengan profesi yang tidak ada kaitannya dengan permainan catur, kembali berusaha menyempatkan waktu untuk bermain catur lagi. Saya buka lagi buku-buku catur saya yang tersimpan di lemari, saya lihat lagi partai-partai catur yang luar biasa di YouTube, dan sekalian saya bernostalgia dengan masa perkuliahan saya yang hampir setiap hari berurusan dengan catur.

Hanya saja akibat dari kasus ini menimbulkan hal-hal yang bagi saya tidak elok untuk dilihat. Saya lihat komentar-komentar netizen Indonesia yang ada di instagram, twitter, facebook, dan situs-situs berita online, yang mengatakan kalau gelar master di catur itu mudah didapatkan dan mereka para master itu juga mudah dikalahkan.

Padahal, saya tahu betul  kalau usaha teman-teman master catur untuk memperoleh gelar itu tidaklah mudah! Para master catur pasti sudah memecahkan puluhan ribu problem catur, menguasai berbagai bangunan opening, khatam bangunan ending, bermain dengan pemain yang lebih kuat, membaca teori catur yang sudah tak terhitung, memenangkan kompetisi, hingga akhirnya mendapatkan norma master tsb.  

Lucunya, opini masyarakat awam menilai kalau semua yang diatas itu bisa dikalahkan dengan bermodalkan menghisap beberapa batang rokok dan meminum segelas kopi! Kemudian, setelah melakukan ritual ala penjaga pos ronda tersebut, para master dan bahkan Grand Master sekalipun akan kalang kabut! Wow! Bukankah ini penghinaan terhadap profesionalitas dan kerja keras?

Dalam berbagai bidang, entah itu olahraga, seni, hingga disiplin ilmu tertentu, didalamnya pasti ada berbagai orang dengan tingkat keahlian yang berbeda. Olahraga catur khususnya, ada hierarki yang secara tegas memisahkan kekuatan antar pemainnya, makanya ada elo rating dan juga gelar GM, IM, FM dsb. Bahkan belum lama ini, di tingkat Grand Master sendiri memiliki kelas yang berbeda antara Grand Master biasa dengan Super Grand Master.

Mungkin saja ada sosok Crouching Tiger dan Hidden Dragon di catur seperti yang diharapkan masyarakat ke sosok Dewa Kipas, namun sebagai orang yang percaya proses dan kerja keras, saya jelas meragukan beliau. Statistik beliau sebelum 22 Februari 2021 di chess dot com adalah pemain dengan elo rating kisaran 1500, tapi ajaibnya dalam waktu dua minggu, menjadi pemain elo rating kisaran 2300.  

Kalaupun sosok Crouching Tiger dan Hidden Dragon di olahraga catur eksis, pasti melakukan usaha yang tak kalah keras dari pecatur kelas dunia. Tidak bisa yang seperti itu terbentuk dalam hitungan hari dan minggu. Maka dari itu pemahaman seperti ini perlu diluruskan ke masyarakat. Jangan biarkan fantasi liar yang tak masuk akal ini terus berkeliaran di pikiran masyarakat, semua yang diperoleh master itu jelas melalui kerja keras dan kerja cerdas.

Salam Gens Una Sumus!
Semoga percaturan di Indonesia terus melangkah maju!  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun