Mohon tunggu...
I. P. Eva Endrawan
I. P. Eva Endrawan Mohon Tunggu... Guru SMP

saya menyukai sepak bola basket dan musik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apakah Maraknya Pembangunan Rumah Subsidi Sudah Sesuai Implementasi Tri Hita Karana?

29 September 2025   12:05 Diperbarui: 29 September 2025   11:00 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mind Mapping Implementasi Nilai-NIlai Tri Hita Karana dalam Tata Ruang suatu Wilayah

Pembangunan rumah subsidi yang masif di Indonesia seringkali menimbulkan pertanyaan seputar dampaknya terhadap lingkungan, sosial, dan spiritual, terutama jika dilihat dari konsep Tri Hita Karana. Konsep filosofi dari Bali ini menekankan keseimbangan antara tiga aspek kehidupan:

  • Parhyangan: Hubungan harmonis dengan Tuhan (dimensi spiritual).
  • Pawongan: Hubungan harmonis sesama manusia (dimensi sosial).
  • Palemahan: Hubungan harmonis dengan alam (dimensi lingkungan).

Aspek Parhyangan dalam konsep Tri Hita Karana berfokus pada hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan atau kekuatan spiritual. Dalam konteks pembangunan rumah subsidi, aspek ini dapat diterapkan melalui beberapa cara untuk memastikan perumahan tidak hanya menjadi tempat tinggal fisik, tetapi juga ruang yang mendukung kehidupan spiritual dan budaya penghuninya.

Secara praktis, pembangunan yang mengacu pada Parhyangan harus:

  • Memfasilitasi Ruang Ibadah: Menyediakan lahan atau bangunan yang diperuntukkan untuk tempat ibadah, seperti masjid, pura, gereja, atau fasilitas spiritual lainnya, yang mudah diakses oleh seluruh penghuni.
  • Menerapkan Nilai-Nilai Budaya: Desain dan penataan lingkungan perumahan dapat mengadopsi elemen-elemen arsitektur lokal atau simbol-simbol budaya yang relevan, sehingga menciptakan lingkungan yang terasa "berakar" dan memiliki identitas.
  • Mendukung Kegiatan Komunal Spiritual: Merencanakan area komunal yang bisa digunakan untuk kegiatan-kegiatan keagamaan atau ritual bersama, yang mendorong interaksi sosial dan memperkuat ikatan antar-warga.

Pembangunan rumah subsidi berdasarkan aspek Pawongan mengacu pada hubungan harmonis antara sesama manusia. Dalam konteks ini, rumah bukan hanya tempat tinggal individu, tetapi juga bagian dari sebuah komunitas yang saling berinteraksi dan mendukung.

Untuk mencapai keseimbangan Pawongan, pembangunan rumah subsidi perlu memperhatikan:

  • Keterjangkauan dan Keadilan Akses: Proyek harus dirancang agar benar-benar dapat diakses oleh masyarakat berpenghasilan rendah yang menjadi target, tanpa proses yang rumit atau biaya tersembunyi.
  • Fasilitas Sosial dan Ruang Publik: Menyediakan fasilitas pendukung seperti taman bermain, balai warga, atau area terbuka yang mendorong interaksi sosial dan kegiatan bersama antar penghuni.
  • Integrasi dengan Komunitas Lokal: Membangun hubungan yang baik dengan masyarakat di sekitar lokasi perumahan, misalnya dengan melibatkan warga lokal dalam pembangunan atau menyediakan akses ke fasilitas publik yang ada.

Pembangunan rumah subsidi berdasarkan aspek Palemahan berfokus pada hubungan harmonis antara manusia dengan alam atau lingkungan. Dalam konteks ini, rumah dan kawasan perumahan tidak boleh merusak lingkungan, melainkan harus menyatu dan menjaga keseimbangan ekosistem.

Untuk mencapai keseimbangan Palemahan, pembangunan rumah subsidi perlu memperhatikan:

  • Pemilihan Lokasi Berkelanjutan: Hindari pembangunan di lahan-lahan produktif, seperti sawah, atau area yang memiliki risiko bencana alam tinggi, seperti daerah resapan air atau rawa.
  • Tata Kelola Lingkungan yang Baik: Menyediakan sistem pengelolaan limbah dan air yang efektif, serta area terbuka hijau dan ruang terbuka yang memadai untuk resapan air.
  • Pemanfaatan Material Ramah Lingkungan: Mendorong penggunaan bahan bangunan lokal atau daur ulang untuk mengurangi jejak karbon dan dampak negatif terhadap lingkungan.

Apakah pembangunan rumah subsidi di Indonesia sudah sesuai dengan Tri Hita Karana?

  • Dari segi Pawongan, proyek-proyek ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar papan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, yang sejalan dengan prinsip kesejahteraan sosial. Namun, implementasinya seringkali menimbulkan masalah seperti ketidaksetaraan dalam akses, atau dampak sosial yang tidak terduga di komunitas lokal.
  • Dari segi Palemahan, pembangunan rumah subsidi secara besar-besaran membutuhkan lahan yang luas. Hal ini bisa berdampak pada alih fungsi lahan hijau atau pertanian, yang mengganggu keseimbangan ekosistem dan berpotensi menyebabkan bencana alam seperti banjir.
  • Dari segi Parhyangan, nilai-nilai spiritual dan budaya sering kali kurang dipertimbangkan dalam pembangunan perumahan massal. Perencanaan yang tidak memperhatikan ruang-ruang komunal atau tempat ibadah dapat mengurangi interaksi sosial dan spiritual yang penting bagi sebuah komunitas.

Secara keseluruhan, meskipun pembangunan rumah subsidi secara ideal sejalan dengan salah satu aspek Tri Hita Karana (Pawongan), penerapannya seringkali kurang memperhatikan aspek Parhyangan dan Palemahan, sehingga keseimbangan holistiknya belum sepenuhnya tercapai.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun