Yogyakarta merupakan salah satu daerah di Indonesia yang masih mempertahankan warisan budayanya, salah satu warisan budaya yang hingga kini masih menjadi kebanggaan adalah Batik. Warisan budaya ini menjadi semakin diminati oleh banyak orang karena motifnya yang sangat beragam dan biasanya motif batik tersebut menggambarkan ciri khas suatu daerah sehingga dapat dijadikan sebagai buah tangan. Salah satu tempat pembuatan batik yang terkenal di yogyakarta yaitu Kampung Batik Giriloyo, kampung batik giriloyo ini bertepat di Gazebo Wisata Giriloyo, Karang Kulon, Wukisari, Kec. Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55782. Perjalanan menuju kampung batik giriloyo mudah diakses, jalannya bagus, motor dan mobil juga bisa lewat. Berdasarkan dari hasil wawancara kepada salah satu pengrajin batik di kampung batik giriloyo yaitu ibu kibtiyah, dimana berdasarkan informasi dari beliau, kampung batik giriloyo ini memang sudah dikenal dari ratusan tahun yang lalu dimana dimana para pengrajin batik ini sudah menekuni dari abad 17 sekitar tahun 1634 Masehi, yang dimana pada masa itu di bawa oleh sultan agung Haryoko Kusumo karena beliau membangun makam di imogiri, sehingga tempat tersebut kemudian menjadi tempat interaksi antara masyarakat kampung batik girilogo dengan masyarakat keraton, pada waktu itu masyarakat di kampung giriloyo ini diperkenalkan dengan yang namanya “Batik” untuk memenuhi kebutuhan sandang di kerajaan mataram, jadi hampir semua penduduk di kampung batik giriloyo ini terutama ibu rumah tangganya berprofesi sebagai pengrajin batik. Dapat dikatakan bahwa Kualitas batik dari desa giriloyo ini cukup terkenal bagus, dan memiliki design khas giriloyo yang tentunya tidak dimiliki daerah penghasil batik lainnya. Pada bagian produksi nya yang paling menarik dari batik ini dimana pada kain kain batik nya merupakan peninggalan dari kerajaan mataram.
Walaupun begitu kampung batik ini tidak terlepas dari permasalahan permasalahan yang ada, seperti pada kasus 2 tahun silam dimana Pandemi COVID-19 yang berlangsung cukup lama ini memberi dampak pada produksi batik tulis di Kampung Batik Giriloyo, Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Pendapatan para perajin turun drastis karena minimnya permintaan batik oleh konsumen. Kampung Batik Giriloyo memang menjadi magnet bagi wisatawan domestik luar Kota Yogyakarta dan wisatawan asing. pelanggan mereka pun berasal dari berbagai negara mulai dari Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Malaysia, China dan Jepang. Mahasiswa asing juga sering datang ke sana sebelum pandemi. Mereka umumnya datang ke Kampung Batik Giriloyo untuk mengenal batik. Selain itu, Kampung Batik Giriloyo saat ini juga kehilangan banyak perajin batik. Ketika awal dibentuknya kelompok pembatik pada 2006, ada sekitar 1.000 orang-orang yang bergabung. Tapi pada tahun 2019 jumlahnya tinggal 600 orang. Terdapat beberapa faktor yang menjadi kendala Pertama soal minimnya pemasaran sehingga penghasilan dari penjualan batik tidak maksimal. Faktor kedua adalah pergeseran minat anak muda sebagai pembatik. Banyak anak-anak muda yang ingin melakoni profesi lain alih-alih menggantungkan hidup dari membatik. "Ketika pendidikan mulai membaik, ekonomi membaik, mereka bisa meraih pendidikan yang lebih tinggi. Mereka bersekolah, kemudian ketika mereka lulus ada pergeseran yang dulu orang tuanya bekerja sebagai pembatik, mungkin anak perempuannya bergeser bukan ke batik.rentang usia perajin di Kampung Batik Giriloyo di atas 30 tahun. Untuk usia yang paling tua sudah mencapai 80-85 tahun. Mereka semua adalah perempuan yang selain membatik, menjadi ibu rumah tangga.
img-20220521-wa0040-1-628899dfbb448605ab496f02.jpg
Referensi :
Muliasari, I. G. A. D. (2020). Daya Dukung Lingkungan Terkait Pengolahan Limbah Batik di Kampung Batik Giriloyo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. ATRIUM: Jurnal Arsitektur, 6(2), 131-139.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!