Mohon tunggu...
Esti Maryanti Ipaenim
Esti Maryanti Ipaenim Mohon Tunggu... Jurnalis - Broadcaster, seorang ibu bekerja yang suka baca, nulis dan ngonten

Menulis gaya hidup dan humaniora dengan topik favorit; buku, literasi, seputar neurosains dan pelatihan kognitif, serta parenting.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hikayat Katak

25 Februari 2023   02:21 Diperbarui: 25 Februari 2023   02:26 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Green Frog (canva.com)

Pujangga besar Kahlil Gibran pernah mengisahkan hikayat empat ekor katak.  Keempatnya sedang berada di atas sebatang kayu yang hanyut terbawa derasnya arus sungai. Perdebatan sengit terjadi di antara katak pertama, kedua dan ketiga. Setiap katak mempertahankan pendapatnya masing-masing mengenai apa yang sedang terjadi."Ini adalah batang kayu yang paling hebat. Ia bergerak seperti benda hidup. Tidak ada kayu yang seperti ini sebelumnya." Kata Si Katak Pertama

Lalu Katak kedua berkata, "Tidak, temanku, batang kayu ini sama seperti batang kayu yang lain, dan tidak bergerak. Yang bergerak adalah sungai, yang berjalan menuju ke laut dan membawa serta kita dan batang kayu ini."

Katak ketiga tak mau kalah, berkata, "Bukan batang kayu maupun sungai yang bergerak. Yang bergerak adalah pikiran kita. Karena tanpa pikiran tidak ada yang bergerak."

Ketiganya pun mulai berdebat tentang apa yang sebenarnya bergerak. Perdebatan semakin memanas dan tak kunjung menemukan kata sepakat. Lalu mereka berpaling ke arah Katak Keempat, yang selama ini telah mendengar namun tetap diam, mereka ingin tahu pendapatnya.

Katak Keempat berkata, "Masing-masing dari kalian benar, dan tidak ada di antara kalian yang salah. Pergerakan ini adalah pergerakan batang kayu , sungai, serta pikiran kita."

Kebijaksanaan Katak Keempat membuat murka ketiga rekannya. .Alhasil, mereka mendorong Katak Keempat dari batang kayu hingga tercebur ke sungai.

Berbagai nilai bisa dipelajari dari hikayat tersebut. Salah satunya; terkadang kita bisa saja ada di posisi katak keempat itu, dan menjadi yang tercebur. Dikorbankan dalam perseteruan.

Kita tidak pernah bisa membahagiakan semua orang, yang kita bisa lakukan adalah memastikan kebahagiaan diri kita sendiri. Karena diri yang bahagia, mampu membangkitkan kebahagiaan orang lain.

Mengambil sikap akan sebuah hal serta mendeklarasikan nilai yang dianggap benar adalah sesuaitu yang manusiawi. Kadang kita memang harus mengambil sikap. Bila tidak, kita akan terus-menerus menjadi Si Katak Keempat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun