Mohon tunggu...
estetika andina r
estetika andina r Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Kelompok Mahasiswa Radiologi menyajikan tulisan mengenai prosedur pemeriksaan rontgen.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengenal Pemeriksaan Rontgen Dada pada Pasien Anak

16 Desember 2022   17:46 Diperbarui: 16 Desember 2022   17:57 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by cottonbro studio: https://www.pexels.com/

Diagnosa awal sesak nafas pada anak-anak

Corona virus pertama kali dideteksi sebagai pneumonia tanpa sebab yang ditemukan di kota Wuhan, provinsi Hubei, China sebelum akhirnya ditetapkan sebagai wabah pandemi oleh WHO pada 11 Maret 2020 (Palabiyik et al., 2020). Hingga saat ini, pandemi covid-19 belum dinyatakan hilang dan masih menyerang manusia dari berbagai usia tidak terkecuali anak-anak. Transmisi corona virus pada anak-anak dapat terjadi melalui orang dewasa yang positif terkena Covid-19 terutama dari kontak keluarga seperti melalui droplet, kontak langsung, dan aerosol. Gejala yang muncul pada anak dengan suspek terinfeksi Covid-19 adalah demam dan batuk, kesulitan bernapas, sakit tenggorokan, sakit kepala, hingga masalah pencernaan (Rathore et al., 2020).

Kasus covid-19 disebabkan oleh sindrom pernapasan akut yang berakibat pada beberapa permasalahan saluran pernapasan salah satunya seperti pada perburukan kinerja paru sehingga menyebabkan gagal napas. Penyebaran virus serta kerusakan masif pada alveolus menyebabkan kondisi gagal napas dimana pasien kesulitan memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh dan mengeluarkan CO2 (Dika Rifky Fernanda & Yuniarti, 2022). Gagal napas merupakan penyebab henti napas paling umum yang ditemukan pada pasien anak-anak. Kelainan gagal napas dapat disebabkan karena sumbatan saluran napas, hipoventilasi, kelainan paru primer, dan ketidaksesuaian pada ventilasi-perfusi (Bakhtiar, 2013). Sumbatan pada saluran napas dapat dipicu oleh beberapa faktor lain seperti infeksi, keracunan, atau bahkan faktor genetik.

Infeksi SARS-CoV-2 melibatkan pengikatan reseptor sel berupa protein spike yang mengikat enzim pengubah angiotensin 2 (ACE2) menyebabkan perubahan konformasi membrane sel sehingga menghasilkan gabungan sel. Proses ini mempengaruhi organ target seperti paru-paru dimana jika ekspresi ACE2 sangat tinggi dapat menginduksi respon inflamasi lokal maupun sistemik. Infeksi tersebut dapat berujung pada permasalahan saluran pernapasan akut pada pasien anak-anak yang meningkatkan risiko kejadian gagal napas.

Deteksi pasien anak-anak suspek covid-19 dapat dilakukan dengan menggunakan foto rontgen dada sebagai skrining awal untuk dijadikan pedoman pengambilan keputusan klinis oleh dokter ahli.  Radiografi diagnostik sangat berguna untuk mendiagnosis adanya kelainan pada area thoraks pada pasien dengan suspek Covid-19. Adanya pandemi Covid-19 menyebabkan meningkatnya penggunaan radiografi diagnostik terutama pada pasien anak-anak atau pediatrik yang digunakan sebagai langkah awal dalam mendeteksi penyakit tersebut. Foto rontgen dada dianggap mampu untuk memberikan gambaran mengenai beberapa kelainan yang menyerang anak-anak seperti kelainan akibat trauma pada area dada, proses spesifik pada paru-paru, ataupun untuk mendeteksi adanya patogenesis dari virus maupun bakteri (Masrochah et al., 2013). Penggunaan CT Scan tidak diberikan kecuali untuk observasi lanjut jika ditemukan kelainan pada rontgen dada. Hal tersebut dikarenakan pasien anak-anak memiliki tingkat radiosensitivitas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan orang dewasa dikarenakan anak-anak dalam proses tumbuh kembang (Zhang, Menglong. et al. 2012).

Prosedur Pemeriksaan Rontgen Dada pada pasien Anak

Untuk mendeteksi suatu kondisi dalam tubuh manusia diperlukan data yang lengkap dan tentunya pemeriksaan yang mendalam. Pada pemeriksaan untuk suspek covid-19 diperlukan pemeriksaan rontgen thoraks dengan X-ray untuk mengetahui kondisi pada paru-parunya. Namun, lain halnya dengan pasien anak-anak pemeriksaan rontgen tidak bisa sembarang dilakukan. Dikarenakan anak-anak memiliki radiosensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa, efek radiasinya dapat menimbulkan dampak yang berbahaya bagi tubuhnya di masa mendatang. Anak dengan usia dibawah 19 tahun memiliki resiko terkena kanker akibat paparan radiasi 3 kali lebih besar dibandingkan orang dewasa.

Pediatric Radiography merupakan teknik pemeriksaan yang dikhususkan pada anak rentang usia 0-12 tahun. Pemeriksaanya tidak jauh berbeda dengan pemeriksaan pada orang dewasa hanya saja perlu perhatian yang lebih pada penerapannya. Seperti persiapan pemeriksaan, alat fiksasi, faktor eksposi dan lain-lain. Serta perlunya komunikasi yang baik antara radiografer dengan orang tua pasien. Dipastikan pemeriksaan yang dilakukan tidak menyakiti pasien, aman dan mudah dilakukan.

Sebagai contoh kasus, seorang anak laki-laki berusia 10 tahun mengalami sindrom gangguan pernapasan akut dirawat di ICU dan dipasang ventilator karena gagal napas. Maka diperlukan pemeriksaan radiografi rontgen thoraks dengan posisi pemeriksaan AP. Anteroposterior (AP) yaitu tubuh pasien menghadap ke tube x-ray dan punggung pasien menempel pada kaset. Posisi ini biasa digunakan untuk pasien yang tidak bisa berdiri ataupun pada pasien anak-anak agar memudahkan pemosisian. Diposisikan sesuai prosedur pemeriksaan sehingga dapat dihasilkan sebuah citra yang dapat membantu diagnosa penyakit yang mungkin terjadi pada pasien.

Jika keadaan kurang kondusif dikarenakan sang anak menolak melakukan pemeriksaan maka hendaknya dilakukan imobilisasi untuk menjamin kelancaran, keselamatan sehingga anak merasa nyaman selama pemeriksaan dilaksanakan. Dalam pemeriksaan apabila orang tua khawatir akan terpapar radiasi, maka berikan pemahaman bahwa pemeriksaan tersebut aman dilakukan karena sudah memenuhi standar keselamatan dengan pemberian alat proteksi pada anak maupun orang tua yang mendampingi yaitu berupa apron. Selain dilakukan pendampingan oleh orang tua alternatif lain yang bisa digunakan adalah menggunakan bedong/pembungkus pada anak, sandbag, compressions band, head clamps yang diletakkan di sekitar tubuh anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun