Dunia yang nyaman, aman, tanpa masalah adalah sebuah dunia yang diimpikan semua orang. Ini kemudian berimplikasi pada betapa ringannya tugas kita dan tanggungjawab yang berkurang. Dunia medis yang penuh dengan kejutan dalam panggilan menyelamatkan nyawa pasti diisi dengan doa seperti ini setiap saat.
Namun, apa yang terjadi jika sebaliknya? Kita tinggal di lingkungan kerja yang penuh kejutan. Kita gak bisa makan, gak bisa tidur dengan bebas, karena kita dipakai Allah menjala. Ya, menjala manusia, bukan menjala ikan. Artinya, menjala orang-orang yang hidup. Bukan orang yang mati. Bukan ikan-ikan, melainkan manusia.Â
Dalam konteks komersialisme rumah sakit, drama The  Trauma Code : A Heroes on Call dibuat. Drama ini secara mengejutkan mengakhir Januari 2025 dengan sukses menorehkan menjadi drakor berarting tinggi termasuk di Indonesia. Saya penasaran menonton 8 episodenya dan mendapati sebuah kenyataan yang diakhiri dengan sebuah perenungan: memang di dunia ini, masih ada manusia kayak Kang Baek Hyuk?
Dia, Baek Kang Hyuk adalah dokter yatim piatu yang pernah menjadi dokter perdamaian di Sudan. Pengalamannya ini membuatnya sangat berorientasi pada upaya penyelamatan manusia. Ini, sesungguhnya jadi idelisme semua dokter, namun dalam drama ini, diceritakan karena kepentingan komersialisme kadang, idealisme dikalahkan. Dan, yang sering jadi korban adalah bagian rs yang paling menyedot keuangan rs paling banyak yaitu unit Trauma alias Ruang Gawat Darurat.
Kang Hyuk dipindah ke RS Hankuk dan menderma di sana, membenahi unit Trauma sehingga menjadi pusat layanan Trauma. Setiap kali menyelamatkan pasien, dia memfoto mereka dan mengingatkan bahwa kebahagiaan terbesar dalam hidupnya adalah menyelamatkan manusia. Ini adalah sebuah idealisme yang menampar kita.
Kenapa gitu? Dalam dunia yang bising dan makin lama dikendalikan robot, sebenarnya apa makna kita jadi manusia? Dan apa makna manusia lain di hidup kita? Kita makin berpikir, semua bisa dan harus dipermudah sehingga hidup lebih nyaman dan aman. Namun, robot kemudian mengganti persepsi tentang diri kita dan dunia ini. Kita tak lagi mempertajam pikiran, dan mengasah kelembutan hati. Kita menjadi manusia dingin tanpa basa basi yang penuh ketakutan dan kecurigaan bahkan memandang sepele nyawa orang lain.Â
Masih terngiang dalam pikiran kita, betapa kasus-kasus pelecehan terhadap anak, pembunuhan berlatar belakang kebencian pada perempuan, atau bahkan truk overload dengan dalih irit dan keuntungan dipaksa mengangkut beban dan akhirnya mengakibatkan kecelakaan dan menghilangkan banyak nyawa. Apa arti nyawa manusia saat ini? Meski hanya 8 episode, drama ini layak kita lihat untuk menggugah kemanusiaan kita.
Yang lebih sulit lagi yang dihadapi Kang Hyuk adalah menularkan idealismenya. Meski, karena dia berani menjadi gelisah pada akhirnya dia punya tim yang terinsipirasi olehnya, sang dokter speliasis bedah perut yang kikuk Yang Jae Won, si ahli anastesi yang terinspirasi oleh semangat dan dedikasi Kang Hyuk, Gyung Won, dan suster berani, Jae Mi. Meski tak mudah jalannya, dokter keras kepala ini, menularkan fokus hidupnya pada orang-orang berpotensi.Â
Kita semua amat mungkin berbuat baik kepada sesama manusia. Namun, itu semua tak akan mungkin bisa dilakukan tanpa kesadaran diri sendiri. Semakin kita memahami betapa bernilainya diri ini dan betapa besar dampak dari perbuatan kita pada orang lain, makin mampu kita eksis dengan cara greenflag. ya, menjadi orang yang greenflag di era ini paling dicari karena paling susah ditemukan. Tapi, kalau kita gelisah akan hal ini kata Kierkegaard, kita niscaya berani melakukannya. Mari kumandangkan!
dalam banyak scene TTC, Kang Hyuk kerap bertengkar, berteriak dan melawan. Dia dengan teguh, menyampaikan apa yang perlu untuk dilakukan. Keteguhan dan fokus itu membuatnya mampu mengeluarkan kapasitas berpikir dengan optimal. Dia memang jenius sekaligus punya daya konsentrasi yang penuh. Webtoon merancang Kang Hyuk sempurna sekali, dunia kita mungkin saat ini tak sesempurna ini. Tapi, kita bisa berdaya dengan panggilan kita masing-masing.Â
Akhirul kalam, mengenai prioritas tentang kemanusiaan. Itu adalah inti dari segala ilmu agama, bukan? Agama manapun akan bicara bagaimana memanusiakan manusia. Mari berpikir sebagai manusia, bertutur sebagai manusia dan bersikap sebagai manusia. Sebab, di sanalah terletak kemuliaan sebagai manusia.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI