Mohon tunggu...
Dina Esterina
Dina Esterina Mohon Tunggu... Lainnya - Pendeta di Gereja Kristen Pasundan. Blogger di www.dinaesterinastories.blogspot.com dan podcaster di AFTERCOV

Tertarik menyororot dan menautkan makna hidup sebagai seorang yang spiritual dengan berbagai fenomena yang ada di masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Makna dan Panggilan Kependetaan di Era Milenial: Sikap Otentik dan Menjadi Kolaborator

7 Februari 2024   15:40 Diperbarui: 7 Februari 2024   15:46 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Manusia adalah roh. Tapi apakah roh itu? Roh adalah diri. Namun apakah diri itu? Diri adalah suatu relasi yang menghubungkan dirinya dengan dirinya sendiri atau merupakan relasi yang menghubungkan dirinya dengan dirinya sendiri dalam relasi tersebut; diri bukanlah relasi, melainkan relasi yang menghubungkan dirinya dengan dirinya sendiri. Manusia adalah sintesis dari yang tak terbatas dan terbatas, dari yang sementara dan yang kekal, dari kebebasan dan kebutuhan, singkatnya, sebuah sintesis. Sintesis adalah hubungan antara dua hal. Dilihat dengan cara ini manusia masih belum menjadi diri.... Dalam relasi antara dua, relasi adalah yang ketiga sebagai satu kesatuan negatif, dan keduanya berhubungan dengan relasi dan dalam relasi dengan relasi; dengan demikian di bawah kualifikasi psikis, hubungan antara psikis dan fisik adalah suatu relasi. Namun jika hubungan itu menghubungkan dirinya dengan dirinya sendiri, maka hubungan ini adalah pihak ketiga yang positif, dan ini adalah diri."

Sren Kierkegaard, The Sickness Unto Death: A Christian Psychological Exposition for Upbuilding and Awakening

Sebagai seorang yang menyenangi eksistensialisme, saya menghormati Kierkegaard sebagai seseorang yang berhasil mendorong saya menemukan dan memaknai diri. 

Karya tulisannya berhasil membuat saya masuk lebih dalam untuk menguji dan medekonstruksi diri dalam menimbang ulang berbagai nilai yang menjadi filosofi hidup saya. Dan dari pernyataannya di atas, kuatlah keinginan saya untuk mengaitkan keterikatan diri kita dengan siapa kita dan relasi bersama "yang lain" dan kepemimpinan. 

Bagi saya, pemimpin adalah seseorang yang menemukan urgensi mengenali diri dan mau berproses untuk menunjukkan keaslian dirinya dan membangun terus relasi sehat bersama sekelilingnya. Memimpin adalah memberi pengaruh melalui kedirian.

Definisi ini sebenarnya sangat sederhana. Soal memberi pengaruh. Dan karenanya hidup manusia teramat bernilai. Demikianlah Kejadian 1 dan 2 mengingatkan melalui diksi "segambar dan serupa" dengan Allah, dan "mengusahakan dan memelihara" : keberadaan dan fungsi. Nilai dan tugas. Tidak ada manusia yang tak bernilai karena adanya dia di dunia merupakan karya Allah tak ternilai dan bagi sebuah tujuan. Tujuan kekekalan dan kebaikan.

Kependetaan adalah sebuah jabatan gerejawi di mana seorang anggota sidi jemaat dipersiapkan melalui pendidikan khusus dan pendampingan sebelum akhirnya dia memeroleh tahbisan dalam dukungan Gereja untuk menjadi seorang pelayan Gereja penuh waktu. 

Beginilah GKP memahami kependetaan. Jabatan ini terutama berkaitan dengan panggilan khusus seorang pendeta dalam pelayanan Firman dan Sakramen. Keduanya tak bisa dilakukan oleh pelayan non tahbisan (di GKP hanya pendeta saja). Dalam asumsi bahwa pendeta sudah dipersiapkan untuk melakukan dan mengembangkan kapasitasnya dalam pelayanan sacramentum dan pemberitaan Firman.

Jika kemudian kita melihat pelayanan Firman dan Sakramen hanya soal kotbah maka layang pandang kita sempit sekali. Dua bagian ini saya maknai selama hampir 12 tahun jadi pendeta sangat luas sekali. Tergantung dari bagaimana seorang pendeta paham makna dan tugasnya. 

Untuk bisa melihat makna dan tugas nya yang tersembunyi dalam realitas kemanusiaan dan relasi di gereja dan masyarakat, pendeta perlu spiritualitas dan proses bernalar terus menerus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun