Mohon tunggu...
Esra K. Sembiring
Esra K. Sembiring Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS

"Dalam Dunia Yang Penuh Kekhawatiran, Jadilah Pejuang"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengedepankan Kepentingan Nasional di Atas Kepentingan Politik

30 Januari 2019   12:23 Diperbarui: 30 Januari 2019   12:29 732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.flickr.com


Menyikapi perkembangan politik nasional saat ini yang semakin hangat, muncul pertanyaan yang pantas untuk direnungkan bersama. Apakah judul yang tertulis diatas diakui kebenaran dan  urgensinya, dan juga dapat dipahami oleh elite politik maupun massa pendukung calon presiden pada saat ini ?. Hal ini perlu dikonfirmasikan agar masa kampanye pemilu ini tidak dilalui dengan rasa tegang dan was was seperti bentrok para pendukung capres yang terjadi di jogja baru-baru ini.
Apakah memanas nya kondisi nasional seperti ini masih dianggap sebagai hal yang biasa saja atau sudah layak di indikasikan sebagai "alert warning" yang perlu diantisipasi serius agar tidak sampai menggejala dan menular ke tempat lainnya ?
Disadari atau tidak kondisi ini merupakan dampak tidak langsung dari kontestasi politik pilpres saat ini. Semakin mendekati hari pencoblosan 17 april 2019 ini lumrah bila terjadi polarisasi dalam masyarakat yang semakin kental.  Propaganda yang positif maupun negatif pasti semakin intens diedarkan dalam masyarakat yang pasti juga akan menimbulkan polemik baru yang bisa memicu konflik sosial. 
Artinya tantangan bagi kerukunan dan persatuan bangsa otomatis menjadi semakin berat. Lalu siapa yang harus bertanggungjawab menetralisir dampak negatif nya ini. Yang bisa memicu disintegrasi nasional bangsa kita yang majemuk ini. Tentu kita semua sebagai warga negara Indonesia yang harus bertanggungjawab menjaganya.
Cara menjaganya bagaimana ?. Diantara upayanya yaitu dengan mengeliminir dampak negatif kontestasi politik seperti saat ini dengan meningkatkan energi bagi munculnya sentimen yang positif seperti semangat persatuan dan perjuangan pahlawan melalui kontra opini aktif di media cetak maupun media sosial terhadap paham ideologi sempit yang berbeda dengan Pancasila maupun primordialisme kedaerahan yang menyesatkan seperti gerakan separatisme dan sebagainya. Fanatisme nasionalisme rakyat harus di picu agar bangkit kembali sehingga menjadi unsur yang lebih dominan  daripada emosi dan  fanatisme sempit yang saat ini terlihat menggejala dan  cenderung mengesampingkan kepentingan nasional yang lebih besar yaitu persatuan bangsa.
Pertanyaan yang berkaitan dengan tahapan pemilu dan sebagai bahan evaluasi bersama,  apakah format pelaksanaan debat pilpres perdana kemarin sudah merupakan debat yang terbaik yang bisa dilaksanakan KPU sebagai penyelenggara pemilu saat ini ?. Atau masih harus dan bisa diperbaiki lagi. 
Mengapa ?. Karena seyogyanya debat calon pemimpin bangsa bukanlah debat sebagai sebuah formalitas teknis saja, apalagi secara "live" juga di tonton oleh khalayak dunia internasional. Mau tidak mau haruslah istimewa, sehingga kita semua harus ikut bertanggungjawab mensukseskan debat nya agar semakin berkualitas dan semakin bermartabat. Debat calon pemimpin bangsa besar dan hebat seperti Indonesia ini tidak boleh dibiarkan lepas tanpa arah, asal tuduh dan asal bantah tanpa didukung fakta data yang valid. Apapun perbaikan yang diperlukan harus kita upayakan maksimal agar debat calon pemimpin bangsa ini menjadi debat yang  terbaik yang pernah ada di negara ini. Wajib di kawal bersama oleh para pakar, ahli dan akademisi terbaik yang dimiliki bangsa ini, supaya "out put" nya dapat dipertanggungjawabkan kepada anak cucu bangsa ini.
Bila semua upaya sudah dibuat maksimal, semua teknis aturan dan persyaratan pemilu sudah dilakukan dengan benar, transparan dan adil, maka siapapun yang terpilih nanti, harus diterima dengan legowo dan sportif oleh semua pihak karena memang itulah bukti nyata hasil final pilihan rakyat. Pilihan rakyat adalah keputusan Tuhan. Tidak boleh ada yang berpolemik lagi.
Prinsip untuk mengedepankan kepentingan nasional diatas kepentingan kelompok dengan demikian haruslah dijadikan ikrar bersama seluruh kita warga negara Indonesia, karena kesepakatan bersama terhadap prinsip seperti itulah yang membuat negara Indonesia yang majemuk dan demokratis ini tetap eksis kokoh sampai sekarang. Mungkin ini hanyalah sebuah jawaban yang "klise" tapi tetap perlu untuk selalu diulangi dan diingatkan terus, bila kita tidak ingin negara tercinta ini pecah berantakan. Dengan demikian, strategi apapun yang digunakan oleh masing-masing tim sukses dalam upaya memenangkan calon presidennya pada suksesi nasional bulan april ini adalah suatu hal yang "wajar" saja, sebatas tidak mengorbankan kepentingan nasional yang jauh lebih utama, yaitu keutuhan bangsa. 
Penutup
Fakta baik dan buruk tentang sejarah bangsa ini seharusnya tuntas dibaca dengan benar terlebih dahulu sebelum ber-politik,  sehingga bahaya laten disintegrasi bangsa tidak muncul dan menumpang pada proses demokrasi suksesi nasional.  Tidak mungkin kemajemukan bangsa ini bisa bertahan bila tidak diikuti dengan upaya keras dan komitmen bersama. 
Sejarah membuktikan persatuan dan keutuhan bangsa kita pernah retak akibat dirongrong pemberontakan PKI, PRRI Permesta, DII/TII, GAM, maupun konflik sosial di Sampit dan Ambon juga aksi KKB di papua maupun terorisme yang masih mengancam hingga saat ini. 
Karena realitas itu, kemajemukan bangsa harus dijaga keras, tegas dan bersungguh-sungguh oleh semua anak kandung bangsa ini, supaya tidak ada rakyat yang tertipu lagi oleh politik adu domba yang berasal dari dalam maupun luar negeri  yang memang laris digunakan dalam upaya  perebutan kekuasaan seperti yang digunakan pada masa penjajahan dulu. 
Kesimpulannya,  upaya menjaga kepentingan nasional jauh lebih penting daripada  memperebutkan kekuasaan politik. Kita harus sepakat bersama untuk tidak pernah membiarkan "oknum" yang rela mengorbankan persatuan dan keutuhan bangsa ini dengan alasan pembenaran apapun itu, karena harga-nya sudah terbukti tidak setara dengan pengorbanan jutaan jiwa pahlawan bangsa ini. Mungkinkah semua kita akhirnya menjadi sadar dan tidak gagal paham lagi ?. Semoga.....
Esra Kriahanta Sembiring, S.IP, M.AP, M.Tr (Han), 
Peneliti IDW  (Indonesia Democration Watch)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun