Mohon tunggu...
Evi Siregar
Evi Siregar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen-peneliti

Bekerja di sebuah universitas negeri di Mexico City.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Polusi Udara di Jakarta Sudah Mencapai Tingkat yang Mengkhawatirkan

16 Agustus 2019   04:38 Diperbarui: 16 Agustus 2019   22:18 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panorama Jakarta pada tanggal 30 Juli 2019

Partikel terkecil disebut pecahan halus, yang sebagian besar terbentuk dari gas. Partikel terkecil dapat berukuran kurang dari 0,1 m, yang dibentuk dari nukleasi, yaitu kondensasi zat yang bertekanan uap rendah yang dibentuk dari penguapan suhu tinggi atau reaksi kimia di atmosfer untuk membentuk partikel baru.

Partikel yang berukuran sub-mikrometer diproduksi dari kondensasi logam atau senyawa organik yang diuapkan dalam proses pembakaran suhu tinggi. 

Partikel ini juga dapat diproduksi dari kondensasi gas yang telah dikonversi dalam reaksi atmosfer menjadi zat yang bertekanan uap rendah. Contohnya sulfur dioksida, yang merupakan hasil proses oksidasi di atmosfer untuk membentuk asam sulfat (H2SO4), yang dapat dinetralkan oleh NH3 untuk membentuk ammonium sulfat. 

Contoh lain Nitrogen dioksida (NO2), yang merupakan hasil oksidasi untuk menjadi asam nitrat (HNO3), yang pada gilirannya dapat bereaksi dengan amonia (NH3) untuk membentuk amonium nitrat (NH4NO3).

Partikel-partikel yang dihasilkan akibat reaksi antara gas di atmosfer disebut partikel sekunder. Partikel sulfat dan nitrat sekunder biasanya merupakan komponen dominan dari partikel halus, sementara pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak dan bensin dapat menghasilkan partikel kasar sebagai hasil dari pelepasan bahan yang tidak mudah terbakar.

Zat apa yang menjadi unsur utama Particulate Matter? Sulfat, nitrat, dan amonium adalah kontributor utama PM10 dan PM2.5. Karbon hitam berkontribusi 5--10% untuk PM2.5, tetapi bisa meningkat hingga 15-20%.

Sheila Dewi Ayu Kusumaningtyas dkk pernah membuat sebuah penelitian mengenai kualitas udara di Jakarta. Dari hasil penelitian itu ditemukan dalam air hujan yang turun selama tahun 2000-2016 kandungan elemen-elemen seperti SO4, NO3, Ca2, NH4, Cl, Mg2, Na, dan K.

Seperti yang diketahui, sulfur dan asam nitrat adalah bahan utama penyebab pengasaman. Sebagai hasil dari pembakaran batu bara dan minyak dari kendaraan dan industri, belerang dioksida dan nitrogen oksida ketika bercampur dengan hujan akan bereaksi dan membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang disimpan di bumi. Asam sulfat adalah prekursor pengendapan asam dan memainkan peran penting untuk menurunkan pH.

Konsentrasi kalsium dan amonium yang cukup tinggi juga ditemukan pada air hujan di Jakarta. Kalsium dan Magnesium berasal dari debu jalan, debu konstruksi, dan debu mineral yang berasal dari luar kota, sementara ekskresi manusia dan hewan merupakan penyebab terbentuknya NH4. 

Penggunaan pupuk sebagai bagian dari kegiatan pertanian juga berkontribusi terhadap emisi amonium dalam jumlah besar, tetapi ini kelihatannya bukan menjadi penyebab masalah polusi udara di Jakarta sebagai kota perkotaan. Emisi dari tempat pembakaran batu bata dan kendaraan bisa menjadi sumber amonium di Jakarta karena ada sejumlah industri batu bata yang ditemukan di wilayah Jakarta dan Bekasi.

Hasil penelitian Sheila Dewi Ayu Kusumaningtyas dkk tersebut mengkonfirmasikan laporan yang dibuat The Weather Channel dan AQI, bahwa yang menjadi masalah polusi udara di Jakarta adalah PM2,5.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun