"Mas Eko, apa benar sekarang Jakarta Brebes hanya 3 jam ? Padahal naik kereta api Jakarta Cirebon saja sudah 3 jam,  apa memang Jakarta Brebes sudah lebih dekat dibanding Jakarta Cirebon?"
Pertanyaan itu mengusikku dan akupun ingin membuktikannya sendiri di lapangan. Kamis 9 Juli 2015 pagi hari, sehabis subuh, aku meluncur ke arah Pemalang. Kebetulan tol Pejagan Pemalang bisa kudapat ijin melewatinya dari PT Waskita Karya, sehingga aku bisa langsung masuk ke jalan tol dari Cawang dan tembus sampai Pemalang.
Berita detik com tentang adanya daerah yang belum bebas di tol Pejagan Pemalang ternyata memang ada di lapangan. Dua daerah yang belum bebas, sempat kuperhatikan dan memang kondisinya jadi lucu. Seorang jendral tertawa ketika melihat foto lokasi yang belum bebas itu, begitu berita di detik com dan akupun ikut tersenyum melihatnya. Salah stau lokasi yang kulihat adalah sebuah rumah yang berdiri tepat di oprit jalan, sehingga konstruksi oprit jalan tidak bisa dibangun karena ada rumah di lokasi itu.
Seperti hari biasa, jalan tol Jakarta Cikarang padat lancar di pagi subuh. Selepas dari Cikarang jalan mulai lebih lega, sehingga driver bisa menekan gas lebih dalam lagi. Jalan tol Cawang Cikampek terasa lengang pagi ini, sehingga perjalanan juga sangat lancar.
Perjalanan selanjutnya memasuki jalan tol Cikapali, jalan tol baru yang sudah siap untuk dilalui oleh para pemudik. Sayangnya di awal jalan tol ini kondisi kerataan permukaan jalan kurang nyaman, sehingga kesannya seperti naik kuda atau naik sepeda balap di jalan yang tidak mulus.
Keluar dari Pejagan, pemudik bisa memilih belok kiri menuju pantura atau meneruskan ke Tol Pejagan Pemalang yang dalam proses pengerjaan. Proyek jalan tol yang direncanakan selesai pada tahun 2016 ini sudah lama mangkrak dan tahun ini dibangkitkan lagi dengan investor baru.
Sepanjang jalan Pejagan Pemalang kondisinya masih belum sempurna, sehingga jika dipakai kendaraan dengan kecepatan di atas 30 km/jam akan menimbulkan debu yang cukup mengganggu pemudik di belakangnya. Tulisan di spanduk yang kubaca, kecepatan maksimal adalah 40 km/jam, lebih rendah dari yang disyaratkan di jalan tol yang sudah jadi, tetapi menurutku batas kecepatan 40 km/jam masih ketinggian.
Ketika kutanyakan pada kontraktor pelaksana jalan tol Pejagan Pemalang,"mengapa jalan sudah dibuka untuk pemudik padahal kondisinya masih belum sesuai spesifikasi?"
"Ini perintah pemilik proyek, jadi meskipun merugikan kontraktor, tapi tetap kita lakukan. Ini juga demi kelancaran arus mudik tahun ini mas Eko"
Bagi para pemudik memang perlu waspada ketika melalui jalan tol Pejagan Pemalang, karena jalan tol tersebut meskipun sudah bisa dipakai, tetapi kondisinya belum nyaman untuk dilewati.
Nasehat untuk para pemudik, jangan menjadikan kecepatan sebagai tujuan utama mudik, tetapi keselamatan dan kenyamanan berkendara bagi semua pengguna jalan adalah lebih utama.
Selamat mudik.
Â