Mohon tunggu...
Erwin Ma
Erwin Ma Mohon Tunggu... Lainnya - Founder Leadershub Sulsel

"Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS. Muhammad 47: Ayat 7)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perlukah rasa takut?

21 Juni 2021   07:45 Diperbarui: 21 Juli 2021   11:11 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasa takut adalah emosi alami, kuat, dan memicu reaksi fight or flight dari tubuh. Ketika merasa ngeri, seseorang menjadi lebih waspada akan kemungkinan adanya ancaman atau bahaya. Ancaman yang bersifat fisik maupun fisiologis sama-sama bisa memicu rasa takut.

"Jita setiap manusia memiliki lima emosi, yaitu Bahagia, sedih, takut, jijik, dan kemarahan, aku hanya memiliki empat emosi. Aku tidak punya rasa takut"

Pernyataan tokoh Bujang atau Si Babi Hutan dalam buku "PULANG" karya Tere Liye bukanlah sebuah omong kosong atau sekedar gurauan, ia membuktikan hal tersebut.

Menarik untuk membahas buku ini, saya setidaknya akan membagi bacaan saya diawal buku ini.

Kalau Bujang berpendapat bahwa menceritakan kehebatannya tanpa rasa takut, agar semua orang mengerti dan dia tidak peduli apa pun penilaian orang lain, karena dia merasa hidup memang bukan untuk membahagiakan orang lain apalagi menghabiskan waktu mendengar komentar orang lain.

Bujang dilahirkan bukan tanpa rasa takut, tapi ada suatu hal yang membuatnya terpaksa membuang rasa takut itu. Panjang ceritanya, ketika kampung tanah kelahirannya di pedalaman Sumatra diserbu oleh ratusan babi hutan yang berakibat ladang padi masyarakat yang sebentar lagi akan panen, pucuk sudah menghijau yang terlihat indah di lereng-lereng bukit, dihadang hutan lebat, berselimutkan kabut. Akhirnya gagal panen karena diporak-porandakan kawanan babi. 

Masyarakat telah melakukan berbagai cara, bahkan setiap malam ladang dijaga, dipasangi kaleng pengusir, dilingkari pagar yang kokoh, tetap saja hasilnya nihil, babi-babi itu juga punya banyak cara untuk lolos, babi itu juga nampaknya tidak punya rasa takut. Masyarakat sudah menyerah, menghadapi babi-babi ganas itu, tapi lain hal dengan bapak dari Bujang, dia mencoba memanggil pemburu dari kota. Rombongan pemburu dari kota itu berjumlah dua belas orang yang diketuai oleh "Tauke Muda". Begitulah Bapak Bujang memanggilnya.

Bujang yang dikenal sebagi anak yang penurut dan pendiam itu, diajak bersama rombongan pemburu untuk ikut sekalian dalam misi pemburuan babi. Samad bapak Bujang awalnya merendahkan anaknya dihadapan Tauke Muda "Jangan harap, dia bahkan tidak pernah masuk hutan sendirian, mamaknya sangat pencemas. Semua serba dilarang, takut sekali anaknya terluka. Mentang-mentang anak satu-satunya". Tapi Ketika Bujang ditanya oleh Tauke Muda untuk ikut berburu, Bujang dengan sigap mengangguk. Bujang telah memperlihatkan jiwa pemberaninya untuk menantang hutan belantara Sumatra.

Sebuah keputusan yang sulit bagi Mamak Bujang untuk mengizinkan anak satu-satunya untuk masuk hutan belantara menghadapi bahaya. Tapi pada akhirnya merelakan anaknya untuk pergi dengan berat hati karena pertimbangan bahwa bapak bujang banyak berhutang terhadap orang yang memintanya yaitu Tauke Muda, dengan catatan bahwa Bujang tidak boleh melakukan apa pun, hanya menonton orang-orang berburu.

Biar bagaimanapun hutang budi pasti akan tetap diingat, meski tidak ada hal yang mengikat harus membayarnya.

Tibalah saat yang paling ditunggu-tunggu, Bujang dan para pemburu berlarian mengikuti gerakan anjing pelacak yang dibawa pemburu dari kota, sangat mengasyikkan ditengah-tengah rimba Sumatra, menyaksikan langit-langit yang terasa lembab. Bujang tampaknya sangat mengenal medan, sebab dia sering sembunyi-sembunyi pergi berkelana didalam rimba tanpa sepengetahuan Mamak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun