Mohon tunggu...
Erwan Mayulu
Erwan Mayulu Mohon Tunggu... Jurnalis - wartawan,editor,Trainer PKB (ketenagakerjaan)

Ayah dari tiga anak : Grace Anggreini Mayulu, M.Irvan Mayulu, Annisa Mayulu Menulis adalah gairah hidupku. Minat menulis sejak SLTP berlanjut hingga SLTA dan sempat juara lomba menulis tingkat pelajar ketika itu,1978 (SLTP ) di kota kecil, Gorontalo dan di Jember,Jawa Timur,1981 (SMEA). Cita-cita menjadi wartawan dimulai jadi kontributor di Jember di Harian Angkatan Bersenjata, Jakarta pada 1982/83 bersamaan masuk kuliah. Hijrah ke Jakarta dan jadi wartawan Harian Terbit pada 1983. Kini lebih fokus nulis soal ketenagakerjaan di media online.

Selanjutnya

Tutup

Money

Geliat UMKM di Desa TKI/PMI Tulung Agung Ciptakan Keluarga Tangguh

23 Desember 2020   16:28 Diperbarui: 23 Desember 2020   16:30 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah produktif pusat kegiatan ekonomi desa. Foto:dokpri

Kita dibuat kagum saat memasuki desa Betak, Kecamatan Kali Dawir, Kabupagen Tulung Agung Jawa Timur. Inilah desa berasa kota. Pasalnya, memasuki desa yang asri ini terlihat deretan rumah -- rumah tergolong mewah berjejer  rapi sepanjang jalan. Tidak dijumpai rumah sederhana khas pedesaan. Rumah -- rumah tembok dengan arsitektur modern telihat di hampir seluruh area pemukiman di desa itu. Terkadang, terlihat terparkir  mobil di car port rumah itu. 

Desa  Betak salah satu desa menjadi kantong  pekerja migrant atau tenaga kerja (TKI) yang bekerja di luar negeri di Kabupaten Tulung Agung. Sejak  2017 ditetapkan sebagai Desa Migran Produktif ( Desmigratif). Sebagian besar penduduk usia produktif menjadi pekerja migrant (PMI). Bahkan kepala desanya, Catur Subagiyo adalah mantan TKI atau PMI purna.

Arus remitansi yang dikirim para pekerja migrant membuat keluarganya makmur dan hal itu tercermin dari rumah -- rumah bagus  yang bejejer sepanjang jalan di desa itu.

Menurut Kades Betak, Catur Subagiyo, jumlah penduduk desa itu yang bekerja di luar negeri hingga kini berjumlah 560  orang. Jumlah itu adalah data pekerja yang melaporkan ke desa, sementara yang bekerja  dil uar negeri secara non proredural jumlahnya juga tidak sedikit. Mereka yang bekerja secara non prosedural  itu tidak melaporkan keberangkatannya ke kantor desa  dan jika ditanya ke keluarganya dijawab bekerjadi Jakarta atau kota lainnya.

Tercatat  9 negara jadi tujuan pekeja asal desa  Betak yaitu Malaysia,Singapura, Hongkong,  Taiwan, Arab Saudi, Korea, Jepang, Amerika Serikat dan Papua New Guinea. Negara -- negara ini dikenal sebagai negara yang memberi upah besar untuk ukuran pekerja dengan pendidikan dan skill yang tidak terlalu tinggi. Meski umumnya mereka bekerja di sektor rumah tangga yaitu sebagai peata laksana  rumah tangga, namun upah mereka  tinggi. Juga  baiknya perlindungan jaminan sosial dan kondisi waktu kerja dan waktu istirahat (WKWI) mengikuti standar Internationl Lebaour Organization (ILO)  menjadi magnet warga desa Betak bekerja di  negara -- negara itu.

Bekerja di negara -- negara itu para pekerja  migran  mendapatkan hak libur di akhir pekan dan meski bekerja di sektor rumah tangga namun jam  kerja di sesuaikan aturan  pekerja fomal di negara itu yaitu 8 jam sehari, 40 jam seminggu dan istirahat satu hari dalam satu pekan. Jika pengguna mempekerjakan pekerja migrant melebihi ketentuan  jam itu, maka mereka mendapatkan upah lembur.

Upah dan jaminan sosial pekerja dipabrik atau  perusahaan berbadan hukum tentu lebih baik lagi. Apalagi kini, warga asal Tulung Agung yang bekerja di luar negeri makin banyak memilih bekerja di sektor formal dan secara bertahap tidak berminat lagi  bekerja sebagai peata laksana rumah tangga.Catur Subagiyo menuturkan,  dari 560  orang yang kini bekerja di luar  negeri sebanyak 475 orang bekerja di sektor formal baik di pabrik atau di perusahaan berbadan hukum. Hanya 85 orang yang bekerja di sektor informal atau bekerja sebagai piata laksana  rumah tangga. Sekitar 75 % bekerja di sektor formal.

Migrasi penduduk desa Betak ke luar negeri karena minimnya lowongan kerja di dalam negeri, faktor ekonomi kebutuhan keluarga, iming -- iming gaji besar dan kalah bersaingan dengan para sarjana untuk mendapatkan pekerjaan disektor pabrik atau instasi lain .

Untuk seluruh Kabupaten Tulung Agung, data di Disnakertrans menunjukkan, sebanyak 40 persen PMI  bekeja di sektor formal. Kabid Penempaan dan PKK Disnakertrans Tulung Agung, Triningsih CH Rahayu menyebutkan, semakin besar warga Tulung Agung mengisi lowongan kerja sektor  formal di luar negeri. Tingkat pendidikan dan ketrampilan mereka juga  makin baik hingga upah yang diterima para PMI pun makin baik. Pada 2019 sebanyak 6.000 penduduk Tulung Agung bekerja di luar negeri.  Jumlah itu menurun pada 2020 ini karena  pandemic Covid-19.

 Sehingga para pekerja migrant asal Tulung Agung, termasuk di desa  Betak dapat mengirimkan uangnya secara  rutin ke desanya dan hasilnya dapat dilihat dari rumah -- rumah tergolong mewah serta terjaminnya pendidikan anak -- anak mereka.

Sejak tahun 1990-an penduduk desa Betak menjadikan bekerja di luar  negeri sebagai pilihan. Semula memang karena melihat kisah sukses teman atau tetangga. Namun kini bekerja di luar negeri menjadi pilihan. Karenanya, arus penduduk pergi  bekerja di luar negeri dan arus  kembali ke tanah air silih berganti. Maka di Tulung Agung bermunculan beberapa  desa  menjadi desa TKI/PMI. Jumlah PMI yang bekerja di luar negeri dan penduduk berstatus mantan  TKI atau PMI hampir seimbang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun