Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengira-ngira Kerja Filosof Barat Terhadap Kemajuan Teknologi Komunikasi

5 Desember 2022   11:05 Diperbarui: 5 Desember 2022   11:10 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Cara berpikir filsafat selalu mengakar, dan menimbulkan pertanyaan baru. Seorang filosof memang demikian kerjanya. Suatu hal yang dipandang biasa bagi masyarakat, tidak demikian bagi filosof. Ia memandang sesuatu hal itu adalah fenomena atau peristiwa yang akan diurai hingga mendapatkan gambaran yang utuh atas fenomena atau peristiwa yang dilihat, didengar, dan dirasakan.

Fenomena atau peristiwa yang terjadi bisa variasi. Namun perhatian yang dituju selalu dikaitkan dengan dinamika alam dan semesta. Filosof klasik atau tua menggarisbawahi semua fenomena atau peristiwa yang terjadi tidak lepas dari unsur alam dan  semesta.

Bagaimana dengan kerja filosof saat ini?Tentu saja masih sama, baik dari segi metode maupun perspektif yang disasar untuk merumuskan hipotesa, serta jawaban, meski sifatnya masih sementara. Apalagi era kini sebagai masa teknologi yang serba maju.

Saking majunya teknologi, seorang yang punya keahlian di suatu bidang, sekaligus filosof akan berpikir luas dalam merangkai apa yang menjadi perhatiannya. Ia misalnya punya perhatian terhadap kehidupan sosial suatu masyarakat, maka akan memikirkan juga realitas sosial ekonomi, sosial politik, bahkan sosial idelogi.

Jika ia memikirkan realitas kemajuan teknologi di bidang komunikasi, maka ia akan memikirkan juga realitas, bukan hanya matematika, fisika, kimia, tapi juga ketahanan masyarakat sebagai pengguna terhadap hadirnya teknologi itu.

Indonesia, dalam konteksnya kemajuan teknologi, dipandang sebagai user atau basis konsumen terbesar di dunia, terutama penggunaan media sosial, semacam facebook, instragram, youtube, WA juga lainnya.

Tidak kurang, berdasarkan laporan We Are Social, jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia sebanyak 191 juta orang pada Januari 2022. Jumlah itu telah meningkat 12,35% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebanyak 170 juta orang.

Demikian masifnya pengguna media sosial di Indonesia, tentu menguntungkan bagi produsen teknologi dari barat itu. Apa relasinya dengan kerja filosof?

Filosof barat tentu sudah bergandengan dengan pakar teknologi atau pakar terkait untuk memproduksi suatu barang yang punya nilai futuristik, dan menguntungkan. Boleh jadi mereka duduk di suatu ruang untuk membahas berbagai kemungkinan dari suatu produk teknologi yang akan diluncurkan.

Tiap negara yang bakal diguyur dan dijatuhi teknologi baru itu sudah dianalisa baik secara demografi, tingkat pendidikan, luasan wilayah, hingga jumlah orang yang masuk dalam catatan mereka sebagai manusia unggul. Bila manusia unggul yang ada di suatu negara itu minim, maka segala teknologi komunikasi yang dimiliki akan menyerbu negara ini, sekaligus sebagai pasar potensial produksinya.

Sebagai pasar, maka penduduk negeri akan heboh, dan menggunakannya sekuat daya. Herannya penggunaan teknologi itu justru tidak jarang bikin deg-degan seluruh rakyat pengguna. Terlebih di saat-saat musim pemilihan umum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun