Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gubuk Sunyi di Perbukitan

21 Oktober 2022   12:32 Diperbarui: 21 Oktober 2022   12:36 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kauberikan bunga mawar ini untuk wanita di gubuk sunyi itu. Ia sendiri ditemani hijau dedaunan dan pepohonan yang meranggas.

Jangan kaujawab bila ia bertanya dari siapa bunga ini. Aku takingin ia mengetahui siapa yang menghadiahkan.

Bunga mawar ini mengandung pesan cinta untuknya. Bukan dari kau tapi aku. Kauhanya pembawa pesan dan bunga ini. Camkan itu.

Aku akan ada di bawah rindang pohon angsana di sudut kelokan jalan dekat rumahnya itu. Aku akan berdiri di situ memperhatikan langkahmu.  Juga langit, angin, cahaya mentari.

Supaya kau tidak mengubah hatimu untuk menetapkan diri sebagai pembawa pesan dan bunga.  

Sekali lagi jangan katakan dan sebut namaku. Aku malu dan pasti ia takut.

Tom mengatakan itu pada Ron. Ron kemudian hati-hati melangkah, dan tertatih membawa pesan dan hadiah tersebut diiringi langkah kaki Tom yang ikuti dari belakang.

Dua kali tanjakan dan satu kelokan Ron telah lewati, maka Tom tepati janjinya berdiri di bawah pohon itu. Tom menganggukan kepala tatkala Ron berpaling sejenak ke arahnya.

Gubuk itu sudah ada di hadapan Ron. Tidak kurang 15 langkah kaki ia bakal sampai. Tatapan mata Ron kosong. Lima langkah ia lalui, dengan satu kali tersandung nyaris bunga yang ada digenggamannya terlepas.

Tapi ia kuatkan diri agar pesan dan bunga Tom ini tidak terluka. 10 langkah sudah dijalani. Tinggal lima langkah kaki. Ia berhenti sejenak, mengatur napas, dan menghebuskan napas dari mulutnya yang ia benturkan ke telapak tangan kanannya yang putih kemilau itu.

Raut wajahnya tetap biasa. Tapi hatinya siapa yang tahu. Wanita itu ia lihat sekarang dari jarak lima meter. Dan wanita itu sedang memunggungi dirinya. Ia tengah membenahi tumpukan kayu bakar untuk persiapan musim dingin yang sebentar lagi datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun