Malam ini bukan bulan purnama. Meski cahaya dari langit sana tampak terang. Saking terangnya membuat bayangan pada tiap orang yang sedang berjalan. Â Termasuk spanduk yang terbentang di gedung seberang jalan bertuliskan, "Kebajikan Mettasik, Maybank Finance" melambai-lambai dihembus angin yang membuat goyang juga bayangannya.
Di malam ini juga justru malam terakhir bagi Zaid. Sebab tagihan utangnya sudah jatuh tempo besok. Sang pemberi pinjaman, mpok Nori, pasti bakal datang.
Bukan apa-apa. Kalau tidak disiapkan untuk dikembalikan, omongannya bikin tidak tahan. Â Cerewetnya minta ampun. Segala masa depan tukang bajaj bakal jadi bahan untuk diremehkannya. Makanya Zaid harus sedia dan siap untuk membayarnya.
 Ia tampakmelamun sangat karena itu. Ia juga menopang dagu di sudut teras. Sekali-kali bibirnya dijentikan oleh ujung jari kanannya. Entah apa maksudnya.
Padahal orang yang melakukan seperti yang ia lakukan sekarang ini sering dicandainya di jalan yang kerap ia temui kala bersama bajajnya. Zaid tahu orang ini ODGJ. Singkatan kata dari Orang Dengan Gangguan Jiwa.
Ia dapati kata ini dari Mumun tetangganya yang jadi pembantu babah Acung.  Atau barangkali juga Zaid melakukan hal ini karena ia ingat Karim sahabatnya yang sejak menikah dengan Pariyem tak pernah jumpa. Mengingat Karim ia jadi tertawa sendiri, dan ia  pun kangen padanya. Â
Tidak butuh waktu bagi Zaid untuk menemui Karim. Sekejap kedipan mata pun sudah sampai. Sebab Karim masih tetangganya yang tinggal satu RT.
 ***
"Abang, kemarin tukang sayur datang ke warteg. Katanya utang kangkung, dan terong mesti dibayar besok,"lapor pariyem pada Karim yang asik main game dari hpnya.
"Ya sudah bayar saja."
"Bayar pakai apa, bang?"