Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tak Ada Guna. Anjay!

5 September 2020   13:38 Diperbarui: 6 September 2020   11:46 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anjay!Kepalanya sudah botak ada bekas pitak pula.

Anjrit!Itu dulunya bisul.

Nying!Eta hulu urut nanahan baheula.*

"Ah lebay semua!"

Mereka, anak-anak ABG itu tengah riung, dan mengintip gundul kepala kawannya di bawah pohon jambu klutuk. Saling menduga asal usul goresan timbul yang tergurat di kepala botak kawannya itu yang mirip stempel RT.

"Asal tau ya. Kepalanya itu dulu bisul lalu bernanah kemudian pecah jadi koreng, dan berbekas yang disebut pitak,"Jelas salah satunya.

Lanjut si botak pemilik pitak,"pitak ini membekas sampai sekarang. Seumur hidup. Njir!

Dan pitak itu serta semua kata-kata tersebut akan membekas hingga akhir zaman, atau bahkan hilang dengan sendirinya. Kendati tidak semua kata itu dikamuskan secara resmi oleh badan pemerintah. Lalu apa gunanya dibicarakan?

*Anjing!Kepala itu bekas bernanah dulunya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun