Kerinduan akan kampung halaman Merauke tercinta yang jauh di ujung timur Indonesia terbayar lunas dengan menonton Film Melody Kota Rusa yang saya tonton berulang kali apabila kerinduan akan kampung halaman datang kembali. Kumpulan anak-anak muda Merauke berbakat (Spikdion Baransano/Kanib, Vicky Egu/Enob, John Mnumumes/Minggus, Dodi Mahuze/Dody, Yosep Gebze/Yosep, Edi Hariyanto/Suroso, Indah Fuji Lestari/Santi, hingga Runner Up Puteri Papua 2008 Endang Triastuti Gebze/Selvi) mereka menjadi pemeran utama dalam Film Melody Kota Rusa karya sutradara Irham Acho Bahtiar anak muda berbakat dari Merauke produksi Merauke Enterprice Production. Film ini tidak kalah dengan Laskar Pelangi atau film Denias-Senandung Di Atas Awan yang juga menampilkan artis berbakat dari Papua. Mengapa saya bilang tidak kalah ? Karena film ini juga menggambarkan arti penting sebuah persahabatan dalam menggapai impian. Mengangkat cerita dari Kampung Muting (yang berbatasan langsung dengan Papua New Guinea) tentang persahabatan Kanib, Enob, Yosep, Minggus, Dodi bersama Suroso dengan dibantu sahabat mereka Selvi dan Santi (yang tidak kalah dan sama cantiknya dengan Nikita Wily Lho) mereka yang berniat tampil membawakan lagu-lagu daerah mereka di panggung pameran di ibu kota Kabupaten Merauke sembari berharap akan menjadi grup band terkenal di indonesia. Perubahan hidup dari keadaan mereka yang sekarang menjadi awal niat mereka, usaha, kerja keras, latihan dan dukungan doa mengawali dan mengiringi langkah mereka. Memang impian untuk tampil tidak terwujud tapi yang paling penting adalah jangan sampai persahabatan menjadi pudar karena kesalahan satu atau dua orang teman, itu kesimpulan dari film Melodi Kota Rusa ini. Sumber foto : http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Film_melody_kota_rusa.jpg Disuguhkan dengan gambar yang orisinil kampung muting, logat/aksen bahasa yang merakyat sehari-hari tanpa ada unsur kesengajaan (sering logat papua menjadi bias karena pemeran filmnya bukan penduduk/warga asli papua) diselingi dengan mop (humor ala papua), serta sedikit adegan percintaan (kurang lengkap kalau tidak ada adegan yang satu ini) serta alur cerita yang sederhana film ini menjadi tontonan yang menghibur dan laris di seantero Papua dan Maluku. Bahkan untuk kawasan Indonesia Timur sampai di Pulau Sulawesi salah satunya di Kota Makassar (karena saya kuliah di Makassar) saya sempat terkaget-kaget karena baik di kampus, cafe, mall, pete-pete (angkot khas Makassar) hingga pasar rakyat Film Melody Kota Rusa menjadi buruan dan tontonan tersendiri yang menghibur bagi masyarakat disana. Setelah melihat potensi besar anak-anak muda dari Merauke, harapannya adalah semoga Sutradara Besar dan Kenamaan di Indonesia mau melirik prospek ini, karena disana potensi alamnya sangat luar biasa dan bakat anak-anak muda ini tak kalah dengan mereka yang tiap hari kami tonton di TV. Sudah saatnya Perfilman Indonesia mulai menyuguhkan kekayaan budaya dan alam kita, bosan juga rasanya tiap waktu ke bioskop dan melihat film-film pasti tidak akan jauh dari tema percintaan, perselingkuhan, pembunuhan, hingga persetanan atau perhantuan (sedikit humor saja). Kami tawarkan kekayaan alam dan potensi pemuda Kabupaten Merauke, tentunya saya tidak asal tulis saja karena saya mengenal dengan sangat baik anak-anak muda ini sebab mereka adalah Anak/Adik Didik saya di Pramuka Kwartir Cabang Merauke dan merupakan anak-anak asli binaan saya di Sanggar Seni dan Tari MUDICINI (Muda-Mudi Pecinta Seni) yang berlokasi di Jalan Maluku Kabupaten Merauke. Semoga karya ini menjadi awal baru perubahan dari Merauke menuju Sabang bukan dari Sabang ke Merauke, majulah terus Anak-Anak Muda Merauke, berkreasi dan berkaryalah terus Sutradara Muda Asli Merauke dengan semangat Izakod Bekai Izakod Kai ( Satu hati Satu Tujuan) Jayalah Merauke. Salam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI