Mohon tunggu...
Erni Wardhani
Erni Wardhani Mohon Tunggu... Guru - Guru, penulis konten kreator (Youtube, Tiktok), EO

Guru SMKN I Cianjur, Tiktok, Youtube, Facebook: Erni Wardhani Instagram: Erni Berkata dan Erni Wardhani. Selain itu, saya adalah seorang EO, Koordinator diklat kepala perpustakaan se-Indonesia, sekretaris bidang pendidikan Jabar Bergerak Provinsi, Pengurus Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat, Pengurus Komunitas Pegiat Literasi Jawa Barat, Pengurus IGI kabupaten Cianjur, sekretaris Forum Kabupaten Cianjur Sehat, Founder Indonesia Berbagi, Tim pengembang Pendidikan Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VI Provinsi Jawa Barat, Humas KPAID Kabupaten Cianjur.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Video Musik sebagai Bentuk Kepedulian Artis Indonesia

10 Januari 2017   03:20 Diperbarui: 10 Januari 2017   03:54 1202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Rayuan Pulau Kelapa
Cipt: Ismail Marzuki

Tanah airku Indonesia
negeri elok yang amat kucinta
tanah tumpah darahku yang mulia
yang kupuja sepanjang masa

Tanah airku aman dan makmur
pulau kelapa yang amat subur
pulau melati pujaan bangsa
sejak dulu kala

Ref:
Melambai-lambai
nyiur dipantai
berbisik-bisik raja kelana
memuja pulau
yang indah permai
tanah airku
Indonesia Jika lagu tersebut diputar dengan video klip yang menampilkan barisan pulau-pulau yang di-shoot dari angkasa, sembari memperlihatkan deretan pohon kelapa yang daunnya melambai-lambai ditiup angin (raja kelana), lalu ada rumah-rumah pondok dengan hamparan sawah membentang laksana permadani hijau, sungai-sungai yang airnya mengalir bersih, para petani sedang asyik menggarap sawah ditemani kerbau, anak anak kampung yang berlarian, niscaya akan menambah kerinduan pada tanah air tercinta. Namun apalah daya, lagu lagu nasional dewasa ini jarang terdengar, bahkan nyaris punah tertimbun jutaan lagu, baik dari dalam maupun dari luar negeri yang bermunculan silih berganti dengan tampilan (lirik dan visual) yang dianggap lebih sesuai dengan jaman  dan lebih menjanjikan kepuasan untuk disimak.Barangkali, hanya anak anak sekolahanlah yang masih menyanyikan lagu wajib nasional, lewat upacara bendera yang diadakan tiap hari Senin, yang disinyalir upacara bendera ini juga di beberapa sekolah mulai ditiadakan dengan alasan pengefektifan waktu belajar.  Betapa miris, anak anak sekarang lebih hapal lagu yang notabene tidak cocok sama sekali dengan usianya. Tidak bisa juga sepenuhnya kita menyalahkan mereka, mengingat lagu anak anak yang beredaran di pasaran juga dewasa ini memang seperti bensin, menghilang. Terakhir saya dengar, lagu anak anak yang booming, adalah lagunya periode Melisa dkk, anak kecil berponi di era 90-an. Mangkanya mereka lebih banyak mengkonsumsi lagu dewasa yang bahkan kebanyakan isinya sangat tidak etis untuk dinyanyikan, lain halnya dengan isi lirik lagu nasional, yang sederhana, namun begitu sarat arti. Ah...sungguh saya rindu lagu lagu nasional.
Dan tiba tiba saja kerinduan akan lagu penutup siaran TVRI dahulu menyeruak, gara gara melihat video keroyokan artis menyanyikan lagu tersebut. Video yang berdurasi 02:57 detik ini, langsung saja menarik perhatian saya, karena dibawakan oleh belasan artis kondang papan atas Indonesia. Diawali oleh penampilan penyanyi cantik Raisa, kemudian disambung Ariel,  Momo geisha, Isyana, Afghan, Marcel,Rossa, Trio Lestari, Once, Vinna Panduwinata, Bimbo, Judika, Cakra Khan, Giring, Ike dan Cita Citata, dan masih banyak lagi. Belasan artis ini diharapkan mewakili baik dari segi genre musik, segi usia (periode), maupun dari segi formasi.Untuk genre musik, katakanlah, pop, rock, dangdut. untuk golongan usia: Bimbo, Vina, Tantowi, Erwin Gutawa mewakili artis senior, sedangkan sisanya, artis muda.namun sayangnya tidak ada yang mewakili anak abak.Untuk formasi, ada perseorangan, juga group (Bimbo, Trio Lestari, Nidji). Lagu Rayuan Pulau Kelapa dibawakan secara medley dengan 3 lagu lainnya, diantaranya, Zamrud Khatulistiwa (Dulu dibawakan alm. Chrisye), Kolam susu, dan lagu "Pemuda"-nya Chandra Darusman. Untuk pemilihan lagu yang dimedleykan ini, saya angkat jempol karena semuanya  masuk ke golongan lirik lagu yang bagus, bermutu, dan saya anggap mampu mengimbangi isi lirik yang sangat dahsyat sang "Rayuan Pulau Kelapa". Video yang bertajuk "Indonesia Satu" ini mungkin dimaksudkan untuk memperlihatkan kebhinekaan dengan menampilkan artis dari berbagai genre tersebut, atau bisa juga muncul karena kerinduan para artis papan atas menyanyikan lagu lagu nasional yang mulai dilupakan generasi sekarang, atau  karena rasa keprihatinan para seniman musik tanah air atas beberapa kejadian yang memicu terpecahbelahnya kesatuan Indonesia akhir akhir ini. Mungkin alasan yang terakhir yang paling tepat. Inilah bentuk kepedulian para artis kita untuk kondisi tanah air sekarang ini. Bisa jadi setelah melihat tayangan video ini, diharapkan, muncul rasa kebangsaan kembali, timbul rasa ingin bersatu, bahkan mencintai lagu berlirik sederhana, namun mampu menyihir pendengarnya untuk memutar kembali perjalanan hidup bangsa tercinta ini. Ada sedikit yang membuat video ini menjadi "kurang rasa", salah satunya kostum yang dipakai beberapa artis yang saya rasa kurang sesuai. Namun saya mengerti, mubgkin maksud sutradara pembuat video ini, untuk memunculkan keberagaman. Tapi, kalau untuk alasan keberagaman, alangkah lebih bagusnya lagi, kalau artis yang ada menampilkan juga perwakilan dari agama. Walaupun tidak usah divisualkan dengan pakaian, misalnya.  Refleks saja saya membandingkan dengan video penutup siaran TVRI yang saya temukan di si mbah Google, video berdurasi 03:13 detik ini, secara pengambilan gambar lebih sederhana, diawali dengan visualisasi jalanan ibukota yang padat merayap namun tertib (tidak terlihat macet), kemudian menampilkan sektor pertanian, terus selayang pandang lautan, kembali lagi ke jalanan pedesaan yang damai dengan seorang lelaki setengah baya yang sedang memikul hasil panen, dan ddiakhiri dengan lintasan kereta api.  Untuk rasa yang tercipta, jujur saya lebih memilih "Rayuan Pulau Kelapa " versi jadul. Ada rasa haru yang menyeruak begitu mendengar lagu yang dibawakan dengan seriosa. Begitu menuntun jiwa pendengar untuk menikmati sang kelapa merayu. Namun, saya angkat jempol buat rombongan artis, yang peduli dengan kondisi bangsa dan dituangkan ke dalam lagu ini. Bravo!!!.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun