[caption caption="Berkunjung ke tempat wisata"][/caption]
Pada tahun 1998, saat saya baru menjadi warga Cianjur, saya sempat bertanya tanya, apa itu Papajar. Namun seiring berjalannya waktu, baru saya mengerti. Papajar adalah sebuah kebiasaan di penghujung bulan Sya'ban, menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Namun semakin ke sini, aktivitas Papajar, tidak hanya dilakukan di penghujung, namun sudah mulai terasa di awal bulan Sya'ban. Saya amati, tradisi ini tidak ada di kota lain (barangkali ada, namun berbeda makna). Tradisi yang hampir tidak pernah terlewatkan oleh masyarakat Cianjur. Tradisi yang disinyalir begitu marak sejak sekitar tahun 80-an hingga sekarang.
Dahulu, menurut mertua saya, masyarakat Muslim Cianjur seminggu atau beberapa hari sebelum datangnya bulan Ramadhan sudah mempersiapkannya. Mereka menyiapkan segala keperluan untuk piknik bersama keluarga, tetangga, teman sekolah, atau rekan kerja. Papajar itu sendiri biasanya dilakukan ke tempat wisata yang tidak begitu jauh, masih di seputaran Cianjur. Tempat wisata yang dituju biasanya tempat untuk acara rekreasi, makan makan di tempat terbuka, biasanya daerah wisata air, daerah sekitar bendungan Cirata, seperti Jangari,.calincing. Namun tidak jarang, Papajar juga dilakukan sampai ke luar Cianjur, biasanya ke Pelabuhan Ratu Sukabumi, atau ke Waduk Saguling di kabupaten Bandung Barat, yang berbatasan dengan kabupaten Cianjur.
[caption caption="Papajar ke sekitar sawah pun jadi"]

Seiring berkembangnya daerah Cianjur, khususnya bidang kuliner, kebiasaan Papajar ke kawasan bendungan menjadi bukan acara wajib lagi. Masyarakat Cianjur menyerbu wisata kuliner tersebut atas nama Papajar. Sebut saja beberapa tempat yang menyediakan nasi liwet, yang berjajar di sepanjang jalan raya Bandung. Atau yang berbaris di sepanjang jalan Abdulah bin Nuh. Apalagi ke daerah utara, banyak sekali kafe dan resto yang berkonsep rumah makan sekaligus tempat wisata yang lumayan diburu kaum penyuka Papajar, karena acara itu sendiri, sekarang diasosiasikan menjadi acara makan makan. Saya sendiri tidak menemukan istilah Papajar, baik dalam kamus basa Sunda, maupun dalam KBBI.
Papajar ini konon berasal dari apa yang dilakukan para ulama Cianjur dulu. Para ulama dari berbagai pelosok Cianjur pada akhir bulan Sya’ban datang ke Masjid Agung atau lebih dikenal dengan sebutan Kaum untuk mengetahui kapan puasa Ramadhan dimulai. Informasi tentang awal puasa ini nantinya disampaikan kepada umat di daerahnya.
Para ulama itu bermalam dan makan bersama di sana sambil menunggu pengumuman awal puasa dari Imam Besar Kaum. Tampaknya dari kegiatan itulah dikenal sebutan papajar sekarang ini. Konon papajar ini singkatan dari Mapag Fajar, fajar awal Ramadhan, waktu dimulainya puasa. Mapag , dalam bahasa Sunda berarti menyambut atau menyongsong.Setelah diumumkan kapan puasa dimulai, para ulama itu menginformasikannya kepada umat di daerahnya masing-masing. Kaum Muslimin tidak berani berpuasa kalau belum ada pengumuman resmi dari Kaum, walau pada waktu itu untuk memperoleh informasi tentang awal puasa tidak semudah sekarang.
Kegiatan ini bukan hanya sekedar untuk menikmati makanan pada siang hari dengan sepuasnya, karena sebentar lagi hal itu tidak bisa dilakukan. Tapi di samping itu , tentu acara ini menjadi ajang untuk bersilaturahim dan saling memaafkan atas kekhilafan yang pernah dilakukan , agar pada waktu puasa tidak terbebani dengan rasa bersalah kepada orang lain. Bahkan tidak sedikit acara ini disertai dengan taushiyah dan berdoa bersama.
Selain papajar, di Cianjur ini ada juga yang disebut Uang Munggah. Para pegawai atau karyawan memperolah sejumlah uang dari tempat kerjanya. Munggah berarti memulai berpuasa tanggal 1 Ramadhan. Uang munggah itu jumlahnya tidak seberapa, hanya sekedar cukup untuk santap sahur dan berbuka pada hari pertama yang biasanya apa yang disajikan berbeda dengan hari-hari puasa lainnya.
Namun acara mapag pajar kali ini, agak sedikit tertahan, berhubung banyak sekali kecelakaan yang terjadi di Cianjur, sebut saja di Ciloto dua kali , dan yang paling baru, di tol Cipali (rombongan Pesantren Al Itihad). Beberapa seolah mengerem untuk tidak papajar ke daerah yang jauh.
Semoga Papajar dapat dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Cianjur tahun ini, dan dapat lebih bermakna.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI