Mohon tunggu...
ERNIA TIAN FAUZIAH
ERNIA TIAN FAUZIAH Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya adalah guru di SDN 1 PUCANGANAK, Trenggalek Jawa Timur. Saya adalah pribadi yang suka membaca terutama buku yang berkaitan dengan pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Tugas Modul 1.3- 1.3.a.8 Koneksi Antar Materi

4 Desember 2022   05:22 Diperbarui: 4 Desember 2022   05:55 2865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Hal yang saya pahami mengenai kaitan peran pendidik dalam mewujudkan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Profil Pelajar Pancasila pada murid-muridnya dengan paradigma inkuiri apresiatif (IA) di sekolah saya yaitu di modul 1.1 tentang Refleksi Filosofi KHD menjelaskan bahwa peran seorang pendidik salah satunya yaitu peran untuk menuntun. 

Pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.  Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, KHD mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan.

 Anak-anak itu bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam. Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik (kurang berkualitas) dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak tani. Demikian sebaliknya, meskipun biji jagung itu disemai adalah bibit berkualitas baik namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari serta 'tangan dingin' pak tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh namun tidak akan optimal.

Saat proses "menuntun", anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai 'pamong' memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang 'pamong' dapat memberikan 'tuntunan' agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.

Anak juga secara sadar memahami bahwa kemerdekaan dirinya juga mempengaruhi kemerdekaan anak lain. Oleh sebab itu, tuntutan seorang guru mampu mengelola dirinya untuk hidup bersama dengan orang lain (menjadi manusia dan anggota masyarakat). Selain itu, KHD juga mengingatkan para pendidik untuk tetap terbuka namun tetap waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi.

Seiring dengan perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan guru tentunya perlu memiliki pedoman, sebuah penunjuk arah yang konsisten dan kuat untuk menjalankan peran pentingnya. Pedoman yang dibutuhkan bernama Profil Pelajar Pancasila. Pedoman Profil Pelajar Pancasila diharapkan menjadi pegangan untuk para pendidik dalam membangun karakter anak di ruang belajar yang lebih kecil. 

Profil Pelajar Pancasila mengandung enam dimensi yang kesemuanya berakar pada falsafah Pancasila diantaranya: (1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; (2) Mandiri; (3) Bergotong-royong; (4) Berkebinekaan global; (5) Bernalar kritis; (6) Kreatif. Dalam mewujudkan pelajar yang berprofil Pancasila tersebut, guru diharapkan mempunyai visi untuk membawa perubahan pendidikan ke arah yang lebih baik di lingkungan sekolahnya. 

Untuk dapat mewujudkan visi sekolah impian dan melakukan proses perubahan, maka perlu sebuah pendekatan atau paradigma. Pendekatan ini dipakai sebagai alat untuk mencapai tujuan.  Pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA). IA dikenal sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan.

Keberadaan Teknologi Informasi dan Komunikasi membawa dampak bagi dunia pendidikan. Segala macam informasi yang dibutuhkan pendidik maupun murid dengan mudah dapat dicari melalui gadget. Adanya bantuan chrome book dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga pun dapat saya manfaatkan untuk kegiatan pembelajaran.Begitu pula dengan para murid, mereka dapat menggunakan chrome book untuk mengakses materi di google, youtube serta aplikasi design grafis online seperti canva for education untuk membuat poster maupun video pembelajaran yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari. Sehingga, murid tidak perlu membawa gadget ke sekolah dengan alasan untuk googling. Berkaitan dengan hal di atas, saya mencoba mewujudkan paradigma Inkuiri Apresiatif melalui Prakarsa perubahan yaitu "Menumbuhkan Karakter Murid yang Kreatif Dan Inovatif Melalui Pemanfaatan TIK" Dengan adanya Prakarsa perubahan tersebut saya berharap dapat menuntun murid untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman (sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara) serta dapat menumbuhkan karakter Profil Pelajar Pancasila ke dalam diri mereka.

Pada tugas sebelumnya, yaitu demonstrasi kontekstual saya membuat visi " Terwujudnya Sumber Daya Murid yang berakhlak mulia, kreatif, cakap, terampil serta inovatif". Namun, berdasarkan paradigma inkuiri apresiatif yang saya rancang maka visi tersebut saya revisi menjadi " "Terwujudnya Generasi Profil Pelajar Pancasila yang Berwawasan Digital". Saya ingin mewujudkan generasi murid yang memiliki dimensi Profil Pelajar Pancasila , mampu menggunakan teknologi/ media digital dengan  bijak serta dapat berkreasi dan menghasilkan karya yang inovatif melalui pemanfaatan teknologi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun