Namanya Coki. Dia bukan manusia, melainkan hewan peliharaan kesayangan saya---seekor anjing pintar yang sudah saya rawat selama dua tahun. Meski tak berbicara seperti manusia, Coki punya cara sendiri dalam menyampaikan rasa, seolah bisa memahami isi hati tuannya.
Coki masih muda, usianya baru menginjak masa remaja anjing. Ia lincah, penurut, dan sangat menyenangkan diajak bermain. Tapi ada hal unik darinya, yang membuat saya terus bertanya-tanya. Setiap kali adzan terdengar---Dzuhur, Magrib, bahkan Subuh---Coki selalu menunjukkan reaksi yang tak biasa. Ia akan mengaung lembut, dengan nada yang seirama, seakan meresapi suara langit yang memanggil.
Awalnya saya menganggap itu kebetulan. Tapi ketika kejadian itu berulang hari demi hari, saya mulai merasa ada yang istimewa. Suatu kali saya berbicara padanya, seperti kepada teman, "Coki, kalau dengar adzan, kita harus tenang ya... Itu waktunya Tuhan berbicara kepada hamba-Nya." Dan yang mengejutkan, Coki perlahan mulai mengerti. Kini, setiap adzan berkumandang, ia duduk diam---matanya menatap ke arah suara, seperti sedang merenung.
Saya rekam momen itu dan membagikannya ke media sosial. Banyak yang tak menyangka. Seekor anjing, yang sering disalahpahami, justru memberi contoh tentang ketenangan dan ketundukan saat waktu ibadah tiba.
Coki mengajarkan saya bahwa pemahaman dan ketulusan tak selalu harus datang dari manusia. Kadang, melalui makhluk kecil yang sering kita anggap biasa, Tuhan menyampaikan pesan luar biasa. Coki bukan sekadar hewan peliharaan, dia sahabat yang membuat saya belajar lebih dalam tentang makna menghargai, mendengar, dan berserah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI