Mohon tunggu...
Erna Wati
Erna Wati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Barokah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengabdian Masyarakat Berawal dari Mengabdi kepada Kyai

20 Mei 2022   21:30 Diperbarui: 20 Mei 2022   21:42 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kata Ramadan berasal dari akar kata bahasa Arab ramia atau ar-rama, yang berarti panas yang menghanguskan atau kekeringan. Menurut syariat Islam, puasa Ramadhan hukumnya fardhu (diwajibkan) untuk Muslim dewasa, kecuali ia mengalami halangan untuk melakukannya seperti sakit, dalam perjalanan, sudah tua, hamil, menyusui, atau sedang mengalami menstruasi bagi perempuan. Hukum berpuasa di bulan ramadhan adalah  fardhu 'ain yang artinya puasa tersebut wajib dilakukan oleh setiap umat Islam yang memenuhi syarat. Ramadhan adalah bulan yang kehadirannya sangat dinantikan umat Islam, puasa tersebut dilakukan selama dua puluh sembilan sampai tiga puluh satu hari, yang penentuan awal puasa melalui rukyah dengan melihat bulan. Dibulan ramadhan banyak orang yang berlomba-lomba melakukan kebaikan, sebab, setiap kebaikan yang dilakukan pahalanya akan dilipatgandakan. Selain amal kebaikan serta ibadah yang dilakukan, ada satu hal pula yang pasti ada di bulan ramadhan yaitu takjil. Pengertian takjil dalam bahasa Arab yaitu berasal dari kata 'ajila yang artinya menyegerakan dan yu'ajjilu-ta'jilan yang berarti menyegerakan. Menurut KBBI kata takjil juga berarti menyegerakan. Takjil biasanya berupa kumpulan bermacam-macam jenis makanan yang biasanya dapat ditemukan pada saat menjelang buka puasa. Banyak menu yang tersedia, mulai dari bermacam-macam es, gorengannya, kolak, makanan ringan maupun makanan berat yang menggoda setiap mata yang melihat. Takjil ramadhan biasanya dapat ditemukan di tepi jalan, pasar, warung desa, depan rumah dan tentu saja ada di setiap pondok pesantren. Di pondok pesantren, khususnya Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan Semarang (Pondok Pesantren Bilingual Berbasis Karakter Salaf) yang ada di Mijen, Semarang ini merupakan pondok pesantren yang didirikan dan  diasuh oleh DR. K. H. Fadhlolan Musyaffa' , Lc., MA, Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan merupakan salah satu pondok pesantren terbaik di Semarang, sebab Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan Semarang memiliki banyak program-program unggulan seperti tahfidz, kitab kuning, program bahasa Arab dan Inggris serta program pendidikan yang dimulai dari jenjang RA yaitu RA al- Hidayah hingga Madrasah Aliyah al-Musyaffa'. Di bulan ramadhan banyak kegiatan yang dilakukan oleh para santri, mulai dari sholat jamaah, taraweh, pengkajian kitab kuning dengan pengasuh pondok pesantren, tadarus Alquran serta rutinitas lainnya dan tentunya juga ada takjil ramadhan. Sebagian santri putri Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan Semarang
 dengan sukarela dan senang hati ikut serta dalam takjil ramadan, mereka mengolah bahan makanan yang pada awalnya terlihat sederhana dan kurang menggugah selera menjadi makanan yang enak dan menggiurkan setiap mata yang melihat, ada banyak olahan makanan yang disediakan seperti kolak, macam-macam es, gorengan, olahan gandum dan tepung, sosis bakar, bakso, mie ayam dan olahan-olahan lainnnya. Setelah bahan-bahan tersebut diolah menjadi bermacam-macam makanan,  pemasaran atau penjualan takjil tersebut juga dilakukan oleh para santri. Di Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan, para santri mengolah apa yang dihasilkan oleh pondok itu sendiri seperti bahan makanan, sayuran, umbi-umbian, jamur, ikan dan lain-lain, tak lupa juga terdapat bahan makantambahan yang diperoleh dengan membeli dari luar pondok, hal tersebut selaras dengan prinsip "dari santri, oleh santri, dan untuk santri"yaitu setiap hal yang diberikan oleh santri dan yang dilakukan oleh santri akan kembali lagi kepada santri, sehingga mereka dapat menambah keterampilan dan bagian yang paling penting adalah mengabdi kepada Kyai serta keluarga Kyai dan pondok itu sendiri. Selain mengabdi pada kyai serta keluarga kyai, setiap hal kecil yang dipelajari oleh santri di dalam pondok pesantren adalah salah satu bentuk dari proses pengabdian masyarakat dalam lingkup pondok pesantren. Ketika para santri telah terjun ke dalam masyarakat tentu saja hal tersebut akan ikut terbawa dan akhirnya menjadi kebiasaan yang diterapkan dalam masyarakat. Pengabdian masyarakat tidak serta-merta hanya dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki kekuasaan di suatu wilayah, melainkan pengabdian masyarakat dapat dilakukan oleh orang-orang yang memiliki tangan yang tanggap dan peduli kepada lingkungan dan masyarakat sekitar maupun masyarakat luas. Di pondok pesantren, mereka akan belajar banyak hal termasuk memahami banyaknya sifat setiap orang, bagaimana cara menghadapi orang lain, belajar banyak keterampilan, dan belajar ilmu agama yang kelak akan diajarkan di masyarakat. Dengan belajar memahami sifat ataupun perilaku orang lain, para santri yang telah terjun ke dalam masyarakat pasti bisa menerapkan pula apa yang ia pelajari di pondok sehingga ia bisa melakukan pengabdian masyarakat dengan menciptakan lingkungan bermasyarakat yang tenang, tentram, dan harmonis. Hal tersebut dikarenakan para santri dididik di pondok pesantren agar memiliki akhlak dan perilaku yang baik. Selain itu, ilmu agama dan keterampilan yang mereka dapat di pondok pesantren dapat mereka lakukan untuk pengabdian masyarakat, misalnya sebagai guru ngaji atau yang lainnya. Sebab, para santri khususnya Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan Semarang memegang prinsip yang sering disampaikan oleh pengasuhnya DR. K. H. Fadhlolan Musyaffa' , Lc., MA, "jadilah orang alim dan jangan jadi orang pintar, orang pintar itu banyak tapi mereka bukannya memperbaiki tetapi mereka malah merusak. Tetapi kalau menjadi orang alim itu sudah jelas pintar juga memiliki akhlak yang baik, mereka merasa memiliki tanggung jawab  kepada dirinya sendiri dan tanggung jawab kepada orang lain, mereka akan memperbaiki bukan merusak". Sehingga para santri akan belajar dengan sungguh-sungguh dan merek  yakin bahwa apa yang mereka lakukan dan apa yang mereka pelajari di dalam pondok pesantren kelak akan bermanfaat bagi diri mereka sendiri dan bermanfaat bagi orang lain yakni dalam kehidupan bermasyarakat ataupun pengabdian masyarakat  yang rukun dan harmonis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun