Mohon tunggu...
Ermaya Sukmawarti
Ermaya Sukmawarti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KKN Tematik UPI 2021: Tantangan Pendidik Membangun Karakter Siswa di Masa Pandemi

27 Juli 2021   15:45 Diperbarui: 27 Juli 2021   16:16 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19) diterbitkan oleh Anwar Makarim terkait belajar dari rumah. Mendikbud menekankan pembelajaran dalam jaringan (daring) atau juga dapat disebut pembelajaran jarak jauh dilaksanakan demi memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.

Mendikbud juga mengajurkan bagi daerah yang sudah melakukan belajar dari rumah memastikan guru mengajar dari rumah untuk menjaga keamanan para guru. Jika karakter siswa dalam kondisi biasanya dibentuk melalui pembelajaran yang dibimbing oleh guru, lalu bagaimana tantangan seorang guru membangun karakter siswanya di masa pandemi?

"Siswa siswi di SDN 030 Cirateun banyak yang tidak mengerjakan tugas-tugasnya karena terlalu sibuk bermain handpone untuk game, media sosial,dll, sehingga biasanya saya susul ke rumahnya untuk mengerjakan PR." Ujar salah satu guru di SDN 030 Cirateun yang merupakan guru pembimbing saya di KKN Tematik ini. Perihal salah satu tantangan yang beliau hadapi saat mengajar di masa pandemi ini.

Ada beberapa murid yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran daring. Dimulai dari tidak tersedianya smartphone, jaringan internet sampai keluhan orang tua yang kuota internetnya cepat habis. Belum lagi, perihal orang tua yang tidak mengerti mengenai teknologi atau orang tua yang tidak bisa mengawasi secara langsung pembelajaran daring anaknya dikarenakan harus bekerja. Hal ini merupakan hal lazim yang biasanya terdapat juga di sekolah-sekolah lainnya, khususnya SD karena masih sangat perlu bimbingan orang tuanya.

Pendidikan karakter adalah salah satu tujuan penting dari Pendidikan Nasional Indonesia. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal (3) bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 

Dalam pasal tersebut dapat diartikan bahwa tujuan pendidikan bukan hanya cerdas intelektual saja, namun cerdas dalam hal moral dan karakter yang sesuai dengan nilai, norma dan ajaran agama.

Selain itu, menurut Ki Hajar Dewantara dalam Tri Pusat Pendidikan bahwa sinergi antara lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat sangat dibutuhkan. Apabila salah satu diantaranya berjalan sendiri, maka akan sulit untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah disebutkan sebelumnya. Karena setiap lingkungan memiliki peran yang sangat penting untuk menunjang pendidikan karakter anak.

Pembelajaran daring juga menjadikan pertemuan antara guru dan murid semakin jauh. Guru tidak dapat memantau perkembangan perilaku murid-muridnya, yang mana guru tidak dapat membimbing secara langsung jika murid melakukan kesalahan. 

Justru hal itu yan  merupakan bentuk pendidikan karakter di sekolah. Pada pembelajaran daring ini pun seorang guru hanya bisa semampunya memonitor perilaku murid seperti dari kedisiplinan mengisi daftar hadir online dan keaktifan murid dalam berdiskusi di WhatsApp Groups. 

Selain itu, beberapa guru di SDN 030 Cirateun menyiasati dengan membuat angket kegiatan murid ketika melaksanakan pembelajaran dari rumah, namun hal tersebut rawan dimanipulasi murid yang tidak mendapat pengawasan penuh dari orang tua. Dan, ini sudah menjadi sinyal buruk yang jelas dalam pendidikan karakter di masa pandemi.

"Saya sebagai guru sering sekali bingung dengan siswa-siswi yang setiap ujian mendapatkan nilai sempurna, bukannya tidak percaya kepada kemampuan siswa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun