Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Titik Perubahan Seiring Sirnanya Bayangan Garis Keras

7 Februari 2023   20:33 Diperbarui: 7 Januari 2024   16:07 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Anies Baswedan dalam suatu acara (Sumber gambar: detik.com)

Sudah diduga sejak pagi-pagi buta, jika Anies akan dihadang sebelum pertengahan jalan. 

Buktinya, sudah berhembus isu jika Anies cukup ribet lantaran jejak-jejaknya tidak bakal terhapus oleh "hujan kesantunan" setahun.

Anies bersama pendukung dan relawannya sudah terlanjur dikenang oleh publik sebagai "pengoyak" kemajemukan bangsa sejak pemilihan gubernur DKI Jakarta, 2017. Pilgub tersebut dengan dua putaran menyisakan "luka" yang sulit tersembuhkan dengan obat "generik" bernama strategi 'segala cara' untuk mencapai tujuan. Akhirnya, Anies bersama tim sukses dan relawan merayakan kemenangannya setelah menumbangkan petahana.

Kampanye yang bertujuan untuk memengaruhi masyarakat pemilih untuk mencoblos kandidat berubah menjadi kampanye hitam. Boleh saja Anies menepis anggapan bahwa pihaknya telah melakukan kampanye hitam dan melancarkan politik identitas yang tanpa sadar "mencederai" kemajemukan.

Anies malah ingin mengimpikan dirinya sebagai "penguasa panggung" sekaligus pihak lain membidiknya sebagai "subyek yang dimainkan" oleh permainannya sendiri. Dimana ada 'Anies lovers', disitu ada 'Anies haters'. Memang betul semua kandidat masing-masing memiliki kubu yang saling bertolak belakang. Para pendukung dan penentang bisa dimanfaatkan dan dieksploitasi untuk kepentingan politik.

Patut diakui, Anies memiliki skenario hebat yang sulit disaingi oleh Prabowo dan Ganjar. 

Dalam kepiawainnya, Anies bisa memainkan instrumen yang dimainkan oleh kandidat lain. Anies sadar bahwa mustahil ada "keajaiban" jika tidak ada strategi politik yang jitu dan pamungkas. Anies punya otak trengginas dalam memainkan permainan politik. Itu sudah terbukti pada peristiwa politik sebelumnya.

Jika pesohor bisa lakukan, Anies pun banyak fansnya lewat Facebook, TikTok, dan medsos lainnya. Sosok Anies bisa gaul dengan kaos "nyentrik," yang berganti bunyinya dari satu tempat ke tempat baru. Suatu saat, 'Baladewa Jaksel' bunyinya terpampang di kaos Anies. Saat lain, kaos Anies berbunyi "Abdi nu ngider naha anjeun nu keder," yang kata orang merupakan kaos  yang nyindir.

Gaya Anies lewat kaos justeru dianggap semakin kental oposisinya terhadap pemerintahan yang sedang berlangsung. Kesan dan citra publik atas Anies menandakan antitesa Jokowi. Siapa sintesanya? Aduh, mirip dialektika Hegel.

Lain lagi, saat nge-fans sama Anies tumbuh bak cendawan di musim hujan. Yang nge-fans bisa berselfie ria dengan Anies. Sulit dibedakan apakah nge-fans berat atau nge-fans ringan. Semuanya dianggap nge-fans berat sama Anies. Di kesempatan berikutnya, Anies dan AHY nonton bareng 49 tahun Dewa 19 di Jakarta International Stadion (JIS). Di sana pula, Anies tuai nyinyir dan rasa benci.

Tunggu dulu, membludaknya fans Anies tidak berarti busungkan dada. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun