Mohon tunggu...
Erin Widya
Erin Widya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Calistung di Usia Dini

27 Desember 2016   19:55 Diperbarui: 27 Desember 2016   20:03 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Di era modern ini sudah tidak asing lagi dengan istilah pendidikan Usia Dini.  Pendidikan usia dini diperuntukkan bagi anak-anak mulai usia 3–6 tahun. Pada usia ini penting untuk mengembangkan kemampuan fisik, kecerdasan otak, maupun emosional anak.  Ketika anak mencapai usia ini menjadi sebuah kewajiban bagi para orang tua untuk mendaftarkan anak-anaknya di PAUD ataupun TK.  Perkembangan ini sangat baik karena masyarakat telah mengerti betapa pentingnya pendidikan. Akan tetapi, yang  menjadi permasalahan saat ini yaitu pemberian materi baca tulis hitung (calistung) pada anak usia dini. Dengan diberlakukannya materi ini anak dikhawatirkan akan terbebani karena otak terlalu ditekan untuk berfikir apa yang seharusnya belum mereka terima di usia ini. Tidak banyak pendidik yang  tahu mengenai permasalahan ini sehingga penting sekali dilakukan sosialisasi terhadap pendidik PAUD maupun TK bagaimana metode yang baik untuk mengajarkan calistung di usia dini.

Selama ini system pendidikan usia dini merujuk pada teori yang diungkapkan oleh Jean Piaget. Jean Piaget menyatakan bahwa anak usia dibawah 7 tahun belum dapat berfikir dengan sempurna atau terstruktur. Psikologi anak perlu perhatian khusus pada usia ini. Calistung hanya dapat diterapkan pada anak yang telah berfikir secara sistematis.

Sehingga calistung tidak baik diterapkan diusia dini yang notabandnya balita.[1] Akan tetapi dengan berkembangnya zaman berbeda pula cara pandang terhadap calistung ataupun ilmu pengetahuan yang lain. Pada dasarnya semua ilmu pengetahuan itu sama yang membedakan yaitu cara penyampaiannya. Seorang pendidik sangat berperan dalam proses belajar mengajar. Menciptakan metode sedikit lebih kreatif akan menarik perhatian anak untuk belajar. Cara belajar yang monoton membuat anak-anak merasa tertekan dan terbebani yang kemudian memicu timbulnya stress pada anak.

Ada berbagai macam metode pembelajaran yang dapat menarik anak untuk terus mengikuti proses belajar mengajar. Guru sering menggunakan metode belajar sambil bermain. Dengan metode ini siswa akan mudah menerima pelajaran karena siswa dalam kondisi yang nyaman. Disela-sela permainan guru dapat menerapkan pelajaran entah berhitung, bernyanyi, atau tebak gambar yang dapat meningkatkan stimulus otak anak. Dengan begitu secara tidak langsung kecerdasan serta motorik anak akan meningkat.

Membaca yang disarankan untuk anak usia dibawah 7 tahun bukan seperti penerapan membaca pada tingkat SD.  Membaca disini lebih ditekankan dalam pengenalan abjad atau melatih kecakapan siswa dengan melafalkan kata per kata. Begitu juga dengan berhitung, pada materi berhitung anak-anak lebih ditekankan untuk belajar mengenal angka bukan penjumlahan, pengurangan, perkalian, maupun pembagian. Dengan metode yang tepat dan efektif anak akan lebih mudah menerima ilmu yang diperolehnya.

Calistung dapat diterapkan untuk anak usia dibawah 7 tahun dengan syarat metode yang diberikan guru mudah dimengerti serta tidak terlalu membebani otak anak. Oleh karena itu penting sekali bagi seorang guru mengetahui kelebihan maupun kekurangan calistung untuk anak usia dini. Selalu mengembangkan metode-metode yang menarik sudah menjadi kewajiban bagi guru. Karena pembelajaran yang terlalu stagnan atau monoton tidak akan berhasil jika diterapkan pada masa ini. Guru harus mampu mengikuti perkembangan zaman secara terus menerus sehingga dapat menciptakan metode yang efektif dan efisien.


[1]Selviana, “Belajar Baca Tulis Hitung Calistung,” SelvianaPendidikanUsiaDini Blog,Juli, 2011, akses November 20, 2016, http://selviana-pendidikananakusiadini.blogspot.co.id/2011/07/belajar-baca-tulis-hitung-calistung.html?m=1

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun