Ketika berbicara tentang pembangunan bangsa, dua hal yang sering dilupakan adalah literasi bahasa dan literasi finansial. Padahal, keduanya sama-sama menjadi kunci penting bagi kemajuan sebuah negara. Bahasa adalah alat berpikir, berkomunikasi, dan menyalurkan ide, sementara finansial adalah sarana untuk mencapai kesejahteraan. Keduanya berjalan seiring.
Pegadaian mengEMASkan Indonesia hadir bukan hanya sebagai lembaga keuangan, tetapi juga sebagai agen literasi---baik literasi finansial maupun literasi bahasa, lewat kampanye edukatif dan pendekatan komunikasi yang sederhana, mudah dipahami, dan dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat.
Literasi Bahasa: Pondasi Memahami Dunia
Literasi bahasa tidak sekadar kemampuan membaca dan menulis, melainkan juga memahami makna, menafsirkan informasi, hingga mengkritisi pesan yang diterima. Di era digital, kemampuan ini sangat krusial. Bayangkan, banyak orang yang tertipu investasi bodong hanya karena tidak mampu membaca kontrak dengan kritis atau menafsirkan iklan dengan cermat.
Di sinilah literasi bahasa menjadi benteng awal. Dengan literasi bahasa yang baik, masyarakat bisa memahami konsep finansial dengan lebih jelas: apa itu bunga, apa itu cicilan, bagaimana risiko investasi, dan sebagainya.
Pegadaian memiliki keunggulan dalam berkomunikasi dengan masyarakat. Slogan "Mengatasi Masalah Tanpa Masalah" adalah contoh sederhana bagaimana bahasa digunakan dengan efektif: ringkas, mudah diingat, dan sarat makna.
Begitu juga dengan kampanye Tabungan Emas, yang dijelaskan dengan bahasa sehari-hari agar mudah dipahami oleh semua kalangan. Pendekatan komunikatif ini menunjukkan bahwa Pegadaian tidak hanya fokus pada angka, tetapi juga pada bagaimana pesan dapat dicerna dengan baik oleh masyarakat. Inilah bentuk nyata sinergi antara literasi bahasa dan literasi finansial.
Pegadaian tidak berhenti pada layanan finansial. Program-program sosialnya seperti edukasi literasi keuangan di sekolah, seminar kewirausahaan, hingga kampanye lingkungan "The Gade Clean and Gold" selalu dikemas dengan bahasa komunikatif. Dengan begitu, pesan-pesan besar bisa diterima dengan lebih luas.
Jika masyarakat semakin melek bahasa, mereka akan lebih kritis terhadap informasi. Jika masyarakat semakin melek finansial, mereka akan lebih bijak dalam mengatur keuangan. Dua literasi ini berjalan beriringan untuk memperkuat daya saing bangsa.
Pada akhirnya, membangun negeri tidak cukup hanya dengan beton dan aspal. Kita butuh masyarakat yang cerdas berbahasa sekaligus bijak dalam finansial. Itulah mengapa saya percaya, Pegadaian mengEMASkan Indonesia bukan hanya tentang emas sebagai instrumen investasi, tetapi juga tentang emasnya pengetahuan terutama literasi bahasa yang menjadi fondasi kemajuan bangsa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI