Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Penulis, Kreator dan Pengajar

Pemenang Sayembara Penulisan FTV Indosiar, Penulis Buku Antalogi KKN (Kuliah Kerja Ngonten) Elex Media, Penulis Berbagai Genre, Penulis Cerpen Horor @roli.telkomsel, Pemenang Sayembara Puisi Esai Tingkat Asean 2025 dan Kreator Video AI Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Life After Lebaran

7 April 2025   19:16 Diperbarui: 7 April 2025   19:36 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: galeri pribadi 

Penulis : Ririe Aiko 

Lebaran baru saja berlalu. Suasana rumah yang beberapa hari lalu terasa penuh kehidupan kini mendadak lengang. Paman dan bibi yang sempat datang dari jauh sudah kembali ke kota asal. Anak-anak kecil yang kemarin berlarian di ruang tamu kini tak lagi terdengar. Meja makan yang sempat penuh hidangan kini tampak kosong, hanya menyisakan toples kue kering yang setengah terisi. Suara ibu dan bapak yang sibuk di dapur, tawa saudara-saudara yang bercanda di teras malam hari, semua itu tiba-tiba menghilang, seperti hanya sebuah fragmen kenangan yang terlalu cepat lewat.

Dan kemudian, datanglah rasa itu: sepi, hampa, kosong.

Kalau kamu juga merasakan hal yang sama, tenang, kamu tidak sendirian. Ternyata ada istilah untuk perasaan ini, yang dalam psikologi dikenal sebagai post-holiday blues atau post-festivity syndrome. Ini adalah kondisi emosional yang kerap muncul setelah kita mengalami momen-momen besar dan membahagiakan seperti Lebaran.

Mengapa Post-Holiday Blues Bisa Terjadi?

Selama momen Lebaran, kita mengalami lonjakan emosi positif yang sangat intens. Kita dikelilingi oleh orang-orang tercinta, melakukan berbagai aktivitas menyenangkan, menikmati makanan enak, berbagi cerita, tertawa, bernostalgia, dan merayakan kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa. Semua itu memicu produksi hormon-hormon bahagia seperti dopamin dan serotonin dalam jumlah besar.

Dalam istilah sederhana, selama Lebaran, hati kita terus-menerus "diberi makan" oleh pengalaman emosional yang hangat dan menyenangkan. Otak kita menerima banyak rangsangan positif, membuat mood kita naik secara alami.

Namun, setelah Lebaran selesai, segalanya kembali normal. Kegiatan ramai-ramai berganti menjadi kesunyian rutinitas. Rumah yang tadinya penuh kini kembali sepi. Tak ada lagi obrolan panjang di teras, tak ada lagi suara riuh dari dapur. Perubahan drastis inilah yang menyebabkan produksi dopamin dalam otak tiba-tiba menurun.

Otak manusia pada dasarnya menyukai keteraturan dan kestabilan. Saat ada perubahan mendadak dari sangat senang ke suasana yang biasa-biasa saja otak butuh waktu untuk beradaptasi. Karena itu, mood kita bisa langsung drop. Itulah sebabnya mengapa muncul rasa kosong, hampa, bahkan sedikit sedih, seolah ada rindu yang belum selesai.

Post-holiday blues biasanya ditandai dengan perasaan malas, sedih, lesu, kurang semangat menjalani rutinitas, bahkan kadang disertai rasa rindu yang sulit dijelaskan. Kita bisa merasa kehilangan motivasi untuk bekerja, malas bersosialisasi, atau bahkan mengalami sedikit gangguan tidur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun