Mohon tunggu...
Erick Iskandar
Erick Iskandar Mohon Tunggu... Konsultan - Trainer I Coach I

Helping People Flourish. Founder of Lighthouse Training. https://lighthousetraining.org

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mengapa Pemimpin Perlu Berhenti Memotivasi Orang Lain?

18 Juni 2021   11:13 Diperbarui: 18 Juni 2021   11:24 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustration for carrot and stick (hrinasia.com)

Atasan anda gagal memahami (atau memang tidak peduli) bahwa banyak kerugian yang timbul akibat gaya kepemimpinannya yang tidak tepat dan mengikis kebutuhan psikologis anggota timnya. Ia tampak nyaman-nyaman saja dan tidak merubah gaya kepemimpinannya -- lagipula ia sudah sukses dengan posisinya yang sekarang di organisasi.

Jika kondisi ini berlangsung terus menerus, bisa dipastikan anda mengalami demotivasi. Mengapa? Karena micro-managing yang dilakukan atasan anda telah mengikis need for autonomy anda. Tentu sebagai pribadi yang memiliki pilihan, kita membutuhkan suasana kerja dimana kita bisa memiliki kebebasan berkreasi, kemandirian berpikir & mengambil keputusan, dukungan untuk memecahkan masalah sendiri, kesempatan menunjukkan kinerja diri secara aktif, kepercayaan untuk melakukan kesalahan dan belajar darinya.

Karyawan akan mengalami autonomy ketika mereka merasa memiliki kontrol dan pilihan terhadap pekerjaan yang mereka lakukan. Autonomy bukan berarti Pemimpin menjadi permisif dan lepas tangan, namun adalah mengenai karyawan yang merasa bahwa mereka memiliki pengaruh terhadap pekerjaan mereka. Pemimpin perlu menciptakan suasana kerja dimana anggota timnya mampu mengalami autonomy dan dengan demikian membantu mereka memotivasi dirinya sendiri. Lalu, apa yang perlu dilakukan oleh pemimpin? Kuncinya adalah PEMBERDAYAAN. Berikan kepercayaan pada anggota tim dan berdayakan mereka dalam melakukan pekerjaan sehari-hari.

Menurut Ken Blanchard, pemimpin dapat melakukan pemberdayaan dengan : membagikan informasi yang relevan, menciptakan kemandirian dengan batasan tertentu, dan mengganti model hirarkis dengan "self-managed teams". Ketika pemimpin memberdayakan anggota timnya, tidak hanya ia akan membantu memenuhi kebutuhan psikologis autonomy mereka. Ia juga meningkatkan engagement anggota timnya.

Relatedness

Bayangkan di tempat kerja, atasan anda sering melakukan blaming dan judging terhadap kinerja anda. Tanpa pemahaman konteks di lapangan, ketika melihat target sales anda yang tidak tercapai 1x (sementara yang tercapai 6x), ia membanding-bandingkan kinerja anda dengan kinerja dirinya dulu dan melakukan personal attack dengan menggunakan kata-kata "kalau kerja pakai hati dong".

Jika hal ini terjadi terus menerus, maka anda akan mengalami demotivasi, karena atasan anda telah mengikis kebutuhan relatedness anda, dimana anda membutuhkan kepedulian, dukungan, apresiasi, dan hubungan interpersonal yang sehat dan bermakna.

Bayangkan juga organisasi anda memiliki budaya kerja kompetitif dimana kehebatan seseorang hanya dilihat dari banyaknya insentif / reward / bonus yang diterima. Dimana mobil bagus, jam tangan keren, smartphone terkini menjadi nilai utama seseorang dianggap "hebat" di orgainisasi anda. Suasana ini menjadikan anda termotivasi secara eksternal untuk meraih bonus sebanyak-banyaknya dan gagal memahami nilai luhur di balik pelayanan yang anda lakukan untuk para pelanggan maupun nilai utama produk yang anda jual yang membantu memecahkan masalah pelanggan anda.

Jika hal ini juga terjadi terus-menerus maka anda akan mengikis relatedness anda sendiri, dimana anda gagal memenuhi kebutuhan anda akan pekerjaan yang bermakna, yang ingin berkontribusi terhadap sesuatu yang mulia yang melebiihi diri kita sendiri.

Pemimpin perlu membantu memenuhi relatedness anggota timnya dengan membantu mereka menemukan makna pekerjaan, berkontribusi pada tujuan sosial, dan mengalami hubungan interpersonal yang sehat.

Hal ini dilakukan dengan membangun HUBUNGAN KEPERCAYAAN. Pemimpin perlu menjalin relasi positif dengan tim-nya, menemukan mereka melakukan kinerja positif dan memberikan apresiasi segera, memberikan feedback tanpa menghakimi saat terjadi kesalahan, menjalin human connection yang tulus dengan anggota timnya karena memahami bahwa mereka bukan sekedar objek pekerja, melainkan subjek pribadi yang memiliki kekuatan dan kelemahan.

Competence

Apakah anda pernah terpesona saat mengamati bayi yang sedang belajar berjalan? Saat belajar, mereka terjatuh berkali-kali, namun demikian tetap bangkit. Saat mereka mendorong diri mereka untuk terus belajar berjalan, mereka lebih banyak tertawa dibandingkan menangis. Mereka menemukan kegembiraan saat belajar, bertumbuh dan berkembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun